Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ultra Mancing Maniak

7 Agustus 2011   09:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:01 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap saya melihat acara mancing di teve, saya selalu ingat dengan almarhum suami saya.
Dan saya amat bisa merasakan betapa deg2-annya, dan letupan2 emosi yang ada disetiap dada para pemancing itu. Adrenalin ini rasanya bisa ikut berdenyar diantara tarik-ulur snar pancing.

Suami punya hobby mancing sejak kanak2, dan sesudah menikah diapun tetap meneruskan kebiasaan itu yang kemudian menular pada saya.
Sayapun ikut kecanduan, karena amat bisa menikmati hobby yang asyik itu.

Jadi jika keluarga yang lain, mungkin pada malam minggu atau hari libur , menghabiskan waktu mereka dengan jalan2, nonton, berburu kuliner nikmat, atau pergi ketempat wisata indah, kami sekeluarga siap2 berangkat mancing.

Sepulang kantor jika malam minggu atau besok libur, dia sudah menyiapkan segala keperluan untuk berburu ikan.
Segenap peralatan mancing sudah rapi tertata di – jeep safari kami, komplit dengan keperluan makan minum, mainan anak kami dan segala keperluan tetek bengek yang lain, persis kayak orang mau ngungsi. Jeep itu rasanya sudah sperti rumah kedua kami.

Kami berangkat sesudah magrib dengan seluruh keluarga plus seorang rekan suami, bernama Pak Po, seorang ultra crazy maniak mancing.
Banyak yang tidak mengerti dengan hobby kami ini, mbok kalau pengin ikan tinggal beli aja dipasar., nggak repot semalaman “ bersusah-payah “ kena angin laut yang bukan main dingin.

Memang, kami semalaman di-kade ( tempat sandar kapal ), kadang di Gresik atau dipelabuhan yang sedang sepi jika malam libur. Kalau liburan kade amat sepi dan dengan lampunya benderang, tempat lapang dan bersih, ideal sekali untuk hobby kami yang radak unik , dan sedikit gila2-an ini.
Kami biasa bikin tenda dan sementara kami asyik mancing , keluarga menghabiskan waktu ditenda atau dimobil, dengan kesibukan masing-masing.
Alat pancing sayapun sering saya ikat - belitkan dipagar kade, ada kelintingan yang akan berbunyi jika ada ikan yang menyambar, sementara saya sering ikut asyik main dengan anak saya., sambil nyemil kletikan dan minum kopi panas.

Jika malam sudah amat larut, betapa indahnya alam ini. tenang, hening hanya desau air laut yang terdengar.
Sepanjang mata memandang, cuma bintang2 dilangit gemerlap yang tampak, dan di laut yang samar disana sini muncul bagaikan hantu malam, para manta yang menyembul dari dalam laut dan berdebur kembali dengan misteriusnya.

Pengalaman memancing , suami pernah menarik manta/pari setinggi 2 meter
lebih dan harus dibantu beberapa satpam pelabuhan.
Sering sekali dapat lobster , dipantai Gresik pernah sekali tarik ada dua lobster hampir sebesar lengan saya yang ditarik. Tahun 1980-an pantai dan sungai/waduk tidak banyak polusi seperti sekarang. Biasanya ikan kecil2 kami kembalikan kelaut, kami cuma mengambil yang berukuran sedang, yang terlalu besar juga kami kembalikan, karena rasanya hambar, kurang gurih.

Saya sendiri sering dapat kerapu, bandeng laut yang amat gurih dibanding bandeng tambak dan banyak ikan yang lain, ada juga hiu , ini tarikannya luar biasa.
Waktu kami kedaerah Jember selatan, kail saya disambar ikan hiu, besar sekali, terasa bergetar kapal kami oleh tarikannya , sehingga oleh pemandu kami dianjurkan snar saya dipotong saja, jangan2 nanti malah kami yang mau dipancing oleh hiu itu
Kalau hiu sebesar lengan sering sekali menarik umpan saya, dan kami pernah coba makan, rasanya sih lumayan enak, cuma kulitnya kasar sekali, seperti kertas gosok.

Ketika suami dipindah tugaskan ke-Palembang, sekitar awal 80-an, wah, senang sekali, ada tantangan baru untuk petualangan mancing , ada sungai besar Musi dan dekat dengan pantai yang amat kaya dengan ikan.
Alamnya masih perawan, sehingga rasanya terlalu gampang, sebentar2 dapat dan ikannya lebih besar2 dibanding dengan daerah Jawa, juga terasa lebih gurih dan manis, sehingga kami lebih sering mengembalikan ikan2 itu keasalnya.

Siang itu, saya menemukan suatu tempat terbuka yang rasanya agak terlalu bersih untuk sebuah hutan, ada sungai besar yang mengalir tenang. Saya parkir rumah kedua kami ini dan mulai buka bekal. Ideal banget tempatnya.
Lagi asyik makan dan minum, tiba2 saja kami didatangi seorang penduduk setempat, tampak ramah, dan dia mengatakan jika kami harus segera pergi dari situ. Karena kadang2 ada segerombolan gajah yang mendatangi tempat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun