Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Darah Biru yang Terluka (37)

12 Desember 2014   16:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:27 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiba-tiba aku lihat matanya berkaca-kaca.

Keadaan sunyi, kita hanyut pada pemikiran masing-masing.

Ada ketukan di pintu, paman Rahasta ?
“Maaf Puteri, boleh paman berbicara sedikit ?” aku memandang Kuning dan aku
“Boleh paman, ada apa ya ?” kulihat paman Rahasta mengeluarka sebuah gulungan, nawala, di ulurkan pada Kuning.

Sebuah ketukan dan beberapa punggawa perempuan masuk membawa aneka makanan dan minuman pengganti .

“Kemana Nyai Gandhes dan Nini Sedah ?” Kuning bertanya
“Masih berjalan mau menuju kesini Puteri.” Mereka menjawab

Aku lihat paman Rahasta pamit dan cepat keluar dari kamar, aku dan Kuning saling pandang. Ada apa ini ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun