[caption id="attachment_364417" align="aligncenter" width="445" caption="Sumber Gambar: twitter.com"][/caption]
Tulisan ini saya kutip dari buku Wedjangan Revolusi -- karya Bung Karno
Ditulis untuk Amanat Tahunan tahun 1963 judul " Gesuri "
Saya tahu bahwa saya sering di cemooh orang yang tidak senang dengan saya, bahwa saya adalah “ manusia perasaan “, --gevoels-mens, dan bahwa saya didalam politik terlalu bersifat “ manusia-seni “ –terlalu bersifat artis.
Alangkah senangnya saya dengan cemoohan itu !
Saya mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa saya dilahirkan dengan sifat gevoels-mens dan artis, dan saya bangga bahwa bangsa Indonesiapun adalah satu “Bangsa-Perasaan” (satu gevoelsvolk ) dan bangsa Artis – satu artistenvolk.
Apa sebab ? Oleh karena sifat tersebut sangan penting dalam sesuatu Revolusi.
Tidak terutama sekali dalam Mencetuskan Revo;usi, tetapi sangat penting dalam membimbing Revolusi, dalam memberkan konsepsi konsepsi kepada Revolusi.
Dalam memberi Revolusi itu suatu Kumandang Sejagad, memberi Revolusi itu satu Universal Voice, mengisi Revolusi itu dengan Essential Humanity
--Pendek kata dalam menyelesaikan Revolusi itu dan meng-iramakan Revolusi itu dengan Social Conscience of Man.
Revolusi adalah perombakan dan pembangunan. Pembangunan meminta daya-cipta, pembangunan meminta satu jiwa arsitek.
Dan salah satu jiwa arsitek adalah jiwa perasaan dan jiwa artis.
Malahan ada orang yang berkata : “ The art to guide a revolution is to find inspiration in everything -- everything you see, everything you feel “
Dapatkah orang find in everything, kalau orang itu tidak sedikit gevoelsmens dan sedikit artis ?
( Bung Karno, Amanat Tahunan 1963 )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H