“Betul Puteri, kuda itu, namanya Gringsing, dahulu amat bagus perangainya. Tetapi semenjak puteri Setyawati wafat, dia menjadi garang dan liar, tidak ada yang berani menaikinya. Pawangnya sendiri pernah di banting waktu mencoba menaikinya.”
“Oh iya ? Sepertinya dia baik dan cekatan.” kataku
“Semua juga heran, dia sekarang jadi baik dan lembut lagi sesudah menjadi milik Puteri. Tetapi tetap bisa beringas jika diajak berperang.” Aku tertawa, kuelus lagi surai si Gringsing ini.
Aku lihat dia seolah mengangguk-anggukkan kepalanya dan meringkik dengan pelan. Berderap seiring dengan kuda senapati Warsih.
“Dia pasti juga mengerti dengan bincang kita. Kapan-kapan aku ingin belajar bahasanya binatang kepada Nyai Gandhes.”
Aku dan senapati Warsih sama-sama tertawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H