Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Darah Biru yang Terluka (60)

21 Februari 2015   21:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:45 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Betul Puteri, kuda itu, namanya Gringsing, dahulu amat bagus perangainya. Tetapi semenjak puteri Setyawati wafat, dia menjadi garang dan liar, tidak ada yang berani menaikinya. Pawangnya sendiri pernah di banting waktu mencoba menaikinya.”

“Oh iya ? Sepertinya dia baik dan cekatan.” kataku

“Semua juga heran, dia sekarang jadi baik dan lembut lagi sesudah menjadi milik Puteri. Tetapi tetap bisa beringas jika diajak berperang.” Aku tertawa, kuelus lagi surai si Gringsing ini.

Aku lihat dia seolah mengangguk-anggukkan kepalanya dan meringkik dengan pelan. Berderap seiring dengan kuda senapati Warsih.

“Dia pasti juga mengerti dengan bincang kita. Kapan-kapan aku ingin belajar bahasanya binatang kepada Nyai Gandhes.”
Aku dan senapati Warsih sama-sama tertawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun