Literasi, Kunci Terciptanya 'Generasi Emas' Â untuk Menuju 'Indonesia Emas' Tahun 2045
Oleh Siti Sulamah
Pada tahun 2045 Negara Indonesia akan  memasuki  Usia Emas, yaitu 100 tahun. Pada usia tersebut diharapkan Indonesia sudah menjadi negara maju. Untuk menjadi negara maju diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni. Generasi yang  akan mengisi Indonesia Emas pada tahun 2045 adalah 'generasi emas'. Generasi emas harus memiliki  keimanan, berkarakter , dan cerdas.  Saat memasuki usia satu abad , Indonesia juga akan mendapatkan bonus demografi, di mana  jumlah penduduk usia  produktif (15 -- 65 tahun)  mencapai 70%. Namun, jika usia produktif itu tidak bener-benar disiapkan dari sekarang, maka kelebihan penduduk itu akan menjadi  'masalah'. Tanpa bekal keimanan, karakter, dan  keterampilan, apa yang bisa diharapkan dari generasi seperti itu?
Masih tersisa 23 tahun untuk menuju ke sana. Kita tidak boleh terlena, kita harus segera 'berbenah' untuk menyongsong masa itu. Pendidikan! Ya, pendidikan adalah  'ujung tombak' untuk membentuk SDM yang berkualitas. Inti dari pendidikan adalah literasi. Bohong besar jika orang yang mengaku berpendidikan tapi nol literasi. Sekolah merupakan 'ujung tombak' membentuk 'generasi literer' . Menurut penulis, salah satu program pemerintah yang  sangat 'visioner' adalah  Gerakan Literasi Nasional (GLN). Dengan GLN akan terbentuk masyarakat yang literat. Masyarakat yang berliterasi tinggi akan menciptakan bangsa yang kolaboratif, kritis, kreatif, komunikatif, dan kompetitif.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan gerakan literasi yang dilaksanakan di lingkungan sekolah. Gerakan ini bukan  bukan sekadar memnciptakan generasi untuk  'melek huruf', namun juga bertujuan mempersiapkan generasi agar memilki 'life skill' dan juga kepribadian agar mampu bersaing serta bersanding dengan bangsa lain. Sebagai calon pemegang tongkat estafet penerus bangsa, pelajar diharapkan mempersiapkan dirinya  menuju Indonesia Emas serta memosisikan  dirinya sebagai  'bonus demografi'.
Namun yang menjadi pertanyaan di benak penulis, setelah digulirkan hampir sepuluh tahun, adakah evaluasi atau refleksi dari pelaksanaan GLS? Apakah tingkat baca rakyat Indonesia sudah lebih baik?pada tahun 2019 Program for Internasional Student Assesmen (PISA), menempatkan Indonesia pada peringkat 10 terbawah, yaitu 62 dari 70 negara. Menurut data UNESCO yang dikutip Utara Times dari laman Kominfo, Indonesia masuk urutan kedua dengan minat baca paling rendah.
Yang terakhir adalah pelaksanaan Assesmen Kompetensi Minimum (AKM). Untuk apakah AKM itu?Adakah tindak lanjut dari AKM?Seberapa tingkat keberhasilan AKM Literasi maupun AKM Numerasi?
Adakah yang bisa menjawab?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H