Mohon tunggu...
Siti Suhanah
Siti Suhanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mikom Universitas Bakrie

Saya adalah seorang individu yang memiliki semangat dan dedikasi tinggi dalam segala hal yang saya lakukan. Saya percaya bahwa dengan kerja keras dan tekad yang kuat, saya dapat mencapai segala impian dan tujuan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kisahku : Mengapa Artikel Saya Belum Masuk Artikel "Highlight" di Kompasiana? Sebuah Refleksi Seorang Penulis yang Masih Mencari Jalan

17 Januari 2025   08:15 Diperbarui: 17 Januari 2025   11:46 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar menulis

Sejak pertama kali bergabung dengan Kompasiana, saya merasa sangat antusias. Bagaimana tidak? Sebagai penulis pemula, saya merasa ini adalah kesempatan besar untuk berbagi pemikiran, ide, dan perspektif saya dengan audiens yang lebih luas. Tetapi, seiring berjalannya waktu, saya mulai merasa penasaran---kenapa artikel-artikel yang saya tulis belum juga masuk ke dalam Highlight? Meskipun sudah beberapa kali mengunggah tulisan dengan semangat tinggi, label "Highlight" yang saya idam-idamkan belum juga datang.

Banyak artikel yang masuk ke Highlight tampak begitu istimewa, tidak hanya dalam hal topik tetapi juga dalam cara penyampaiannya. Artikel-artikel itu terlihat mendapat perhatian lebih, mulai dari banyaknya pembaca hingga komentar yang berlimpah. Memang, rasanya luar biasa jika artikel kita bisa berada di bagian terdepan Kompasiana, tapi kenyataannya, tidak semua tulisan memiliki kesempatan yang sama. Artikel saya sendiri seolah belum mampu menembus batas itu.

Lantas, Apa yang Membuat Artikel Bisa Masuk Highlight?

Saat saya membaca artikel-artikel yang masuk ke Highlight, saya mulai berpikir---apa ya yang membedakan artikel mereka dengan milik saya? Setelah diamati, saya menemukan beberapa ciri khas yang membuat tulisan mereka menonjol. Topik yang diangkat dalam artikel Highlight biasanya sangat relevan dan berbicara tentang isu-isu terkini yang banyak dibicarakan orang. Bisa saja itu tentang politik, sosial, atau tren budaya yang sedang ramai. Topik-topik semacam ini memang menarik, karena langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari pembaca.

Namun, apakah hanya relevansi yang cukup? Saya pernah mencoba menulis tentang berbagai topik yang tengah ramai diperbincangkan. Tapi kenyataannya, artikel saya masih belum cukup untuk menarik perhatian. Tentu saja, saya menyadari bahwa menulis tentang isu terkini saja tidaklah cukup---bagaimana cara saya mengolah topik tersebut menjadi tulisan yang tidak hanya informatif, tapi juga menarik dan memikat pembaca?

Gaya Penulisan yang Menarik Perhatian

Salah satu hal yang saya perhatikan adalah gaya penulisan artikel yang masuk Highlight. Banyak dari artikel tersebut ditulis dengan bahasa yang mengalir, mudah dipahami, tetapi tetap berbobot. Terkadang saya merasa bahwa gaya tulisan saya agak terlalu formal atau kaku. Mungkin inilah yang menjadi penghalang---bahwa gaya bahasa yang terlalu teknis atau serius tidak selalu cocok di Kompasiana yang memiliki audiens yang beragam.

Bagaimana caranya agar tulisan saya bisa menyampaikan ide dengan lebih ringan dan mengundang pembaca untuk terus membaca? Saya mulai berpikir untuk mencari keseimbangan antara konten yang berbobot dan gaya bahasa yang lebih akrab dan bersahabat. Misalnya, menggunakan kalimat yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari, serta menghindari jargon yang membuat pembaca merasa terasing.

Menulis dengan Struktur yang Jelas dan Mengalir

Selain gaya bahasa, struktur artikel juga penting. Artikel yang berhasil masuk Highlight sering kali memiliki struktur yang sangat terorganisir. Ada pengantar yang jelas dan menarik di awal, isi yang mendalam dan tidak bertele-tele, serta kesimpulan yang mengajak pembaca berpikir lebih lanjut. Saya sering merasa artikel saya terlalu panjang dan berbelit-belit, sehingga pembaca mungkin merasa bingung atau kehilangan arah.

Mungkin inilah saatnya bagi saya untuk belajar menulis dengan lebih terstruktur, membuat poin-poin utama lebih jelas dan langsung ke inti. Saya mulai berpikir tentang bagaimana setiap paragraf harus mendukung gagasan utama dan tidak terjebak dalam detil yang tidak perlu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun