Mohon tunggu...
Siti Suhanah
Siti Suhanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mikom Universitas Bakrie

Saya adalah seorang individu yang memiliki semangat dan dedikasi tinggi dalam segala hal yang saya lakukan. Saya percaya bahwa dengan kerja keras dan tekad yang kuat, saya dapat mencapai segala impian dan tujuan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bintang di Bawah Langit Desa Pelangi

9 Januari 2025   11:40 Diperbarui: 9 Januari 2025   00:06 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat kekeringan melanda desa, Bintang percaya akan ada harapan masih bisa digali.

Kampung Pelangi sedang dilanda kekeringan panjang. Tanah sawah yang dulu subur kini merekah seperti kulit ular. Sumur-sumur warga kering, dan wajah mereka dipenuhi rasa putus asa.

Bintang, seorang anak kecil berusia 12 tahun, menatap langit yang biru tanpa awan dari jendela rumahnya. Sejak kecil, Bintang percaya bahwa langit mendengar semua doanya.

“Langit, tolong bantu kami. Aku ingin desa ini bahagia lagi,” bisiknya pelan.

Di sawah, Pak Raji, ayahnya, duduk termenung. Hasil panen tahun ini gagal total, dan uang simpanan keluarga sudah hampir habis. Melihat ayahnya, hati Bintang tergerak.

“Pak, kenapa kita tidak mencoba membuat sumur sendiri di dekat sawah?” tanyanya penuh semangat.

Pak Raji tersenyum lelah. “Membuat sumur itu berat, Nak. Dan siapa yang akan membantu?”

“Kita bisa minta bantuan warga. Kalau kita bersama-sama, pasti bisa!” seru Bintang.

Pak Raji awalnya ragu, tetapi optimisme Bintang membangkitkan harapannya. Keesokan harinya, mereka mulai menggali. Dengan cangkul sederhana, Bintang dan ayahnya bekerja dari pagi hingga sore. Awalnya, hanya mereka berdua. Namun, lama-kelamaan, para tetangga mulai ikut membantu.

Hari-hari berlalu penuh perjuangan. Tangan kecil Bintang penuh kapalan, tapi semangatnya tak pernah surut. “Kita pasti bisa,” ucapnya setiap hari.

Hingga suatu sore, suara gemuruh kecil terdengar dari dalam tanah. Air mulai memancar dari sumur sederhana itu. Warga bersorak gembira. Bintang melompat kegirangan, memeluk ayahnya erat.

“Pak, kita berhasil!” teriaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun