Kampung Adat Urug, sebuah permata tersembunyi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tidak hanya kaya akan sejarah dan budaya, tetapi juga menyimpan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun telah memungkinkan masyarakat Urug hidup berdampingan dengan alam secara harmonis, menjaga kelestarian lingkungan dan kekayaan hayati di dalamnya.
Selain terkenal dengan keanekaragaman hayatinya, system pertanian kampung urug menjadi salah satu icon menarik yang bisa menjadi daya Tarik penelitian seperti bangunan, gaya hidup bahkan sistem pertanian. Berdasarkan beberapa wawancara dengan kepala adat kampung urug mengenai sistem pertanian yang masih sangat tradisional menggunakan irigasi dan alat tradisional, seperti lesung, lelempangan, dan alat panen padi yang disebut etem.
Warga kampung urug mayoritas adalah petani. Tetapi fakta unik nya warga kampung urug tidak menjual hasil pertanian mereka. Menjual beras hasil panen di kampung adata urug adalah pantangan atau pamali. Siklus pertanian di kampung adat urug juga berbeda dengan pertanian biasanya yang biasanya membutuhkan waktu 3 bulan yang bisa di lakukan 3 kali dalam 1 tahun, akan tetapi di Kampung Adat urug siklusnya 6-7 bulan dan di lakukan hanya 1 tahun sekali. Hal ini di lakukan karena para petani mengistirahatkan lahan mereka atau di kenal dengan sebutan Bera.
Keterkaitan Kearifan Lokal dan Keanekaragaman Hayati
- Sistem Pertanian Tradisional: Masyarakat Urug masih mempertahankan sistem pertanian tradisional yang berkelanjutan. Penanaman padi, sebagai sumber pangan utama, dilakukan dengan memperhatikan siklus alam dan kearifan lokal. Varietas padi lokal yang beragam tidak hanya menjamin ketahanan pangan, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem.
- Hutan Larangan: Adanya hutan larangan atau kawasan lindung merupakan bukti nyata dari kepedulian masyarakat Urug terhadap pelestarian alam. Hutan ini menjadi habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna, serta berfungsi sebagai penyangga kehidupan.
- Pengelolaan Sumber Daya Alam: Setiap pemanfaatan sumber daya alam di Kampung Urug dilakukan dengan bijak dan berkelanjutan. Masyarakat memiliki pengetahuan tradisional tentang penggunaan tanaman obat, rotasi tanaman, dan pengelolaan air yang menjaga keseimbangan ekosistem.
Kekayaan Hayati Kampung Adat Urug
- Flora: Keanekaragaman flora di Kampung Urug sangat tinggi, mulai dari tanaman pangan seperti padi, jagung, dan sayuran, hingga tanaman obat, pohon buah-buahan, dan berbagai jenis tumbuhan bawah.
- Fauna: Berbagai jenis hewan, baik vertebrata maupun invertebrata, hidup di sekitar Kampung Urug. Burung, serangga, reptil, dan mamalia kecil menjadi bagian dari ekosistem yang kompleks.
Ancaman dan Upaya Pelestarian
Meskipun memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Kampung Adat Urug juga menghadapi ancaman seperti perubahan iklim, alih fungsi lahan, dan degradasi lingkungan. Untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati, beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:
- Penguatan Kearifan Lokal: Melalui pendidikan dan pelatihan, kearifan lokal tentang pengelolaan sumber daya alam perlu terus dilestarikan dan dikembangkan.
- Pengembangan Ekowisata: Pengembangan ekowisata yang berkelanjutan dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian alam.
- Kerjasama dengan Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat: Kerja sama yang baik antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat setempat sangat penting untuk mendukung upaya pelestarian keanekaragaman hayati.
Kampung Adat Urug adalah sebuah contoh nyata bagaimana manusia dapat hidup selaras dengan alam. Dengan menjaga keanekaragaman hayati, kita tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga memastikan keberlangsungan hidup generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H