Mohon tunggu...
Siti Shofia Latifah Azzahra
Siti Shofia Latifah Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Science

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (20107030013)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

"Catcalling" Musuh bagi Semua Perempuan

9 Maret 2021   18:35 Diperbarui: 9 Maret 2021   19:07 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

So, please^^ Terserahlah perempuan tuh mau senyum, atau mau jutek. Suka-suka dia. Woman have their own body autonomy.

Memang betul, senyum adalah ibadah. Senyum juga salah satu kebaikan. Tapi, kalo senyumnya itu karena disuruh, udah beda lagi. Apalagi semisal di jalan ada abang-abang ngucapin salam, apakah betul mereka secara sungguh-sungguh ingin mengucapkan salam? Not, really!

Kemudian, banyak laki-laki di luar sana menganggap jika perempuan kebanyakan tersenyum, diartikan bahwa perempuan tersebut sedang berusaha menggodanya.

Contohnya, ada kasus sexual harassment di New Zealand. Ada seorang laki-laki berasal dari Malaysia membuntuti seorang wanita dari minimarket sampai ke rumahnya hanya karena laki-laki tersebut mengira bahwa perempuan itu tersenyum kepadanya. Laki-laki tersebut mengatakan bahwa di Malaysia jika ada perempuan tersenyum maka tandanya perempuan tersebut sedang berusaha meng-invite (menggoda).

Perasaan yang dapat dirasakan oleh perempuan ketika sedang berjalan di tempat umum apalagi jika ia sendirian adalah rasa takut, was-was, merasa risih, ataupun ada saja yang cuek dalam menanggapi catcalling ini.

Tapi memang sebenarnya semua ini terjadi karena selama ini keberadaan perempuan dalam masyarakat sangat tergantung dengan sudut pandang laki-laki. Contohnya dalam hal berpakaian.

Dari dulu sampai sekarang, perempuan dituntut harus berpakaian yang sopan, dan menutup aurat supaya tidak mengundang nafsu birahi laki-laki.

Ada benang merah yang dapat kita tarik disini. Bahwa sering kali perempuan sendirilah yang disalahkan. Dianggap memakai pakaian yang terlalu terbuka atau yang mengundang syahwat. Padahal, masih banyak pula perempuan yang cara berpakaiannya sudah tertutup rapi, berjilbab, dan sebagainya namun masih mendapatkan perlakuan "catcalling".

Mengutip dari suara.com, kita perlu menanamkan bahwa "no matter what they choose to wear, they are not asking to be raped!". Artinya, tidak peduli apapun yang mereka pilih untuk mereka pakai, mereka tidak minta untuk disetubuhi.

Perlu ditekankan lagi, bahwa catcalling bukanlah sebuah pujian kalau kamu itu menarik ataupun dianggap candaan belaka. Melainkan pelecehan. Jadi tidak bisa dianggap sebagai hal yang sepele.

Teruntuk para pelaku catcalling, bahwa korban dari catcalling ketika di jalan ataupun di tempat umum pasti akan merasa kurang percaya diri karena akibat dari perkataannya dan merasa sangat terintimidasi. Dari rasa terintimidasi itu, berkembanglah menjadi rasa takut. Bukankan semua orang berhak mendapatkan rasa aman apabila berjalan di jalanan atau berada di tempat umum? Tentu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun