Perempuan di sudut lorong itu
Menatap lalu lalang di senja berdebu
Merekam setiap jejak sebagai cetak biru
Mengingat setiap lontaran tatap di kalbu
Berharap sua temu di balik tembok tanpa kelambu
Perempuan di sudut lorong itu
Padanya tatap sinis sering kali tertuju
Ia serupa remah diantara sekian seteru
Tak ubahnya noktah bagi jiwa-jiwa pencemburu
Dilecut, didekap dan diikat buaian nafsu
Pada desah-desah nikmat tanpa dosa
Ia titipkan sekian lembar rasa
Pada rapuhnya ranting dan daun seroja
Ia titipkan seuntai bahagia
Kelak, akan diambil ketika musim bunga tiba
Ah, yaahhh ....
Pada busuknya mulut bergincu gairah
Ia juga titipkan perasaannya yang merah
Pun juga pada sampiran serban membelit kopiah
Ia titipkan senyum pahit merekah merah
Mereka membenci sepantas membenci
Mencaci sebatas mencaci, alpa pada keakuan diri
Rapuh  kendalikan hawa terjerat birahi
Perempuan di sudut lorong itu tertawa pada sunyi
"Akan tetap kuhadirkan senyum indah berduri."
Taman Puri, 010622
Ilalang Merindu Langit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H