Mohon tunggu...
Siti Sanisah Rasyid
Siti Sanisah Rasyid Mohon Tunggu... Guru - Penulis jalanan

Fabiayyi Ala Irobbikuma Tukadziban

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senja Berdebu

21 April 2022   09:47 Diperbarui: 21 April 2022   09:51 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Butir halus debu siang tadi
Memagut erat tubuh sambil berbisik
Kesendirian tidak hanya berbicara tentang sepi
Sepi pun tak selamanya berbicara tentang air mata
Adakalanya ia datang membawa debar yang tak terjelaskan


Lantas inkarnasi sebagai rindu berpeluh noda
Rindu yang berulangkali terkoyak, namun tetap bersenandung indah
Rindu yang seringkali tergilas, namun tetap berdiri tegak
Rindu yang kerap dibuang jauh, namun kembali dalam bentuk tersenyum
Rindu tak jarang diabaikan, namun tak jenuh mengiring jejak

Yaaa...hati begitu mudah turun naik dalam undak tak berbilang
Searah namun tak sejalan
Ia angkuh, kukuh pada longgarnya kendali diri
Tak acuh pada tatap memelas menahan benturan persepsi dan prediksi
Letih mendiamkan erangan pada setiap sayatan luka


Lelah mengelabui diri sendiri
Susah payah melawan logika
Agar ia tetap dapat bersanding indah

Tapi biarlah,
Bukankah senja pun tak akan berakhir?
Ia akan tetap ada, membaur dalam rasa sunyi para perindu
Jadi, biarkan kebohongan menikmati takhtanya

Mataram, April 2022 (IR-75)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun