Memagut erat tubuh sambil berbisik
Kesendirian tidak hanya berbicara tentang sepi
Sepi pun tak selamanya berbicara tentang air mata
Adakalanya ia datang membawa debar yang tak terjelaskan
Lantas inkarnasi sebagai rindu berpeluh noda
Rindu yang berulangkali terkoyak, namun tetap bersenandung indah
Rindu yang seringkali tergilas, namun tetap berdiri tegak
Rindu yang kerap dibuang jauh, namun kembali dalam bentuk tersenyum
Rindu tak jarang diabaikan, namun tak jenuh mengiring jejak
Yaaa...hati begitu mudah turun naik dalam undak tak berbilang
Searah namun tak sejalan
Ia angkuh, kukuh pada longgarnya kendali diri
Tak acuh pada tatap memelas menahan benturan persepsi dan prediksi
Letih mendiamkan erangan pada setiap sayatan luka
Lelah mengelabui diri sendiri
Susah payah melawan logika
Agar ia tetap dapat bersanding indah
Tapi biarlah,
Bukankah senja pun tak akan berakhir?
Ia akan tetap ada, membaur dalam rasa sunyi para perindu
Jadi, biarkan kebohongan menikmati takhtanya
Mataram, April 2022 (IR-75)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H