Mohon tunggu...
Siti Saniah
Siti Saniah Mohon Tunggu... -

Psychology | University of Maulana Malik Ibrahim Malang | Banjarbaru-Malang\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keluarga Patogenik

19 Maret 2014   05:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:46 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kasus permasalahan dalam rumah tangga di kalangan para seleberitis indonesia seringkali diberitakan di televisi, kasus yang paling sering disorot oleh media adalah kasus perceraian dan perselingkuhan. Perceraian dan perslingkuhan di kalangan seleberitis adalah suatu hal yang suangat biasa, saya pernah mendengar ibu-ibu yang lagi menonton acara gosip di salah satu stasiun televisi, ketika ada seleberitis yang baru saja melangsungkan pernikahan, mereka berkomentar “ah, paling bentar aja juga cerai”. Hah... saya kaget ketika mendengar komentar dari mereka, sebegitu seringkah perceraian di kalangan para seleberitis hingga mereka dapat menyimpulkan seperti itu.

Katanya Coleman (1984), mengemukakan bahwa gangguan perkembangan kepribadian mungkin juga disebabkan oleh pola hubungan antaranggota keluarga yang patogenik, yakni gangguan interaksi antara ayah ibu, ayah anak, anak-anak, atau ibu anak. (Suprapti Slamet;2008)

Pasti kalian bertanya-tanya apa sih keluarga yang patogenik itu, keluarga yang patogenik itu adalah keluarga yang tidak dapat menunjang apa yang di butuhkan anaknya. seperti kasus perceraian dalam rumah tangga, sehingga ketika anak seumur dia yang seharusnya mendapatkan kasih sayang, perhatian dari kedua orangtuanya akan tetapi ia tidak mendapatkan itu maka bisa jadi akan mengganggu perkembangan kepribadian anak tersebut. Keadaan abnormal yang disebabkan oleh keluarga yang patogenik dinamakan family pathogeny.

Contoh-contoh pola hubungan keluarga patogenik adalah anak yang terlalu dilindungi atau dibatasi aktivitasnya, pemanjaan dan pemenuhan kebutuhan secara berlebihan, tuntutan terhadap anak yang tidak realistik atau teralu berat, disiplin yang salah penerapannya, kegagalan berkomunikasi, persaingan antarasaudara, orangtua kurang baik sebagai model (misalnya ibu scizophrenia, ayah pemabuk,dll).(Suprapti Slamet;2008)

Coleman memberi 4 contoh dari apa yang disebutnya sebagai keluarga patogenik, yaitu:

1.Keluarga yang tidak adekuat, adalah keluarga yang tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang ada dalam rumah tangganya. Contoh yang paling sering terjadi adalah permasahalan ekonomi dalam keluarga. Ada salah satu adik sepupu saya yang disuruh ibunya setelah lulus SMA langsung nikah aja padahal adik sepupu saya itu pingin banget melanjutkan kuliah. Saya pun bertanya pada ibunya mengapa jadi menyuruh segera menikah, “aku bingung biayain dia kuliah karna gak ada uangnya, mending nikah aja dia, jadinya aku gak bingung lagi ngongkosin dia kan udah ada suaminya”. Nah itulah salah satu contoh dari keluarga yang tidak adekuat, hal ini disebabkan karna kepribadian orangtua yang kurang matang, kurang pendidikan atau kekurangan lain pada orangtua.

2.Keluarga terganggu, adalah keluarga yang selalu bertengkar, sehingga suasana rumah itu seperti suasana seperti di neraka (emangnya udah pernah mampir ke neraka ya? Gak tuh, jangan sampai...), kalau keluarga terganggu itu biasanya nyebut ‘Rumahku adalah nerakaku’. Males banget balik ke rumah kalau di rumah cuman liat orangtua yang tengkar terus akibatnya anak pun mengalami ketegangan dan kecemasan ketika berada di rumah.

3.Keluarga antisosial, adalah keluarga yang tidak diterima oleh masyarakat. Contohnya adalah keluarga pencuri, keluarga pengedar narkoba. Ya pastinya masyarakat pun ogah tetanggaan sama keluarga yang kaya gitu.

4.Keluarga terpecah, yakni keluarga di mana ayah dan ibu berpisah karena perceraian, kematian, dll sehingga keadaan ini dapat mengganggu perkembangan anak.

Lingkungan keluarga adalah sekolah pertama bagi seorang anak, jadi sebagai orangtua harus bisa memberikan pendidikan moral dan agama sedini mungkin, sehingga ketika anak terjun ke masyarakat ia tau apa yang seharusnya ia lakukan dan ia mampu membedakan yang benar maupun yang salah.

Nah.... Bagi yang belum menikah (khususnya cewe), untuk mencegah agar tidak menjadi keluarga yang patogenik saran saya adalah ketika memilih calon pasangan hidup maka pilihlah yang mempunyai 1 visi dan misi yang sama dengan kita, contohnya adalah ingin mempunyai keturunan yang soleh dan solehah, maka pilihlah imam yang bisa membuat kita lebih mencintai allah, dan yang bisa membimbing kita di dunia maupun di akhirat.

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. (An-Nur 26)

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Qs. At Taubah (9) : 71)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun