Â
 Â
ÂPerkembangan teknologi dan informasi yang sangat signifikan baik melalui media cetak maupun media elektronik telah mendominasi kehidupan sehari-hari. Salah satu dampak terbesar yang dapat dilihat dan dirasakan adalah bergesernya nilai-nilai tata krama dalam kehidupan, terutama di kalangan remaja di usia sekolah.Â
Selain masifnya perkembangan teknologi dan informasi, orang tua juga berperan penting dalam membangun karakter anak terutama dalam hal tata krama. Dalam berperilaku remaja cenderung berperilaku seperti apa yang mereka lihat. Jadi gambaran bagaimana anak berperilaku di lingkungan sosial tidak lepas dari gambaran bagaimana orang tua dalam mendidik anak-anaknya.Â
Faktor-faktor tersebut membuat nilai-nilai tata krama sudah semakin hilang dari diri remaja saat ini. Sangat miris melihat para remaja tidak memahami bagaimana cara berinteraksi yang sesuai dengan tata krama terhadap orang yang usianya lebih tua maupun dengan teman sebaya. Baik dari cara berkomunikasi maupun berperilaku cenderung menyamakan bagaimana berinterkasi dengan teman sebaya. Begitu juga ketika berinteraksi dengan teman sebaya terkadang masih terlontar kalimat-kalimat yang tidak pantas dan cenderung kasar.
Ketidak pahaman akan makna tata krama dan kebiasaan menganggap sepele akan pentingnya tata krama dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan kurangnya sikap saling menghargai dan meghormati baik terhadap orang yang lebih tua maupun dengan teman sebaya. Setiap daerah pasti memiliki tata krama yang berbeda-beda, tata krama di pulau jawa belum tentu sama dengan tata krama di pulau Sumatera.Â
Tata krama harus diterapkan dimana saja dan dalam setiap kondisi di kehidupan sehari-hari. Dalam membangun hubungan sosial sangat penting memperhatikan tata krama, karena tata krama adalah suatu tata nilai yang dijadikan pedoman dalam berperilaku. Sesuai dengan pendapat Darsono yang dikutip oleh Christriyati Ariani dkk (2002:27), yaitu bahwa tata krama berasal dari bahasa jawa yang biasa diartikan dengan adat sopan santun atau dalam bahasa jawa disebut dengan unggah-ungguh yaitu adat istiadat yang berkaitan dengan interaksi sosial antar manusia baik di dalam keluarga ataupun di dalam masyarakat.Â
Sedangkan menurut Budi Artari (2008:1), jika seseorang sopan maka ia akan dihargai dan dihormati orang lain. Sebaliknya jika seseorang kurang sopan dalam bertindak, ia tidak dihargai dan dihormati orang lain. Jadi tata krama atau sopan santun dapat digunakan untuk menilai kepribadian orang lain.
Guna membangun karakter yang kuat bagi para peserta didik, diperlukan penanaman nilai-nilai kepribadian salah satunya dengan cara meningkatkan tata krama peserta didik. Dalam hal ini, bimbingan konseling melalui bermacam-macam jenis layanannya senantiasa membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan membantu meggunakan kesempatan dalam membentuk kepribadian secara optimal. Salah satu metode dalam bimbingan konseling untuk meningkatkan tata krama dalam diri peserta didik dengan menggunakan metode role playing.
Metode role playing atau bermain peran dirasa sesuai dengan pembelajaran keterampilan meningkatkan tata krama dikarenakan lebih menuntut peserta didik sesuai materi yang diajarkan. Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan peserta didik. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan peserta didik dengan memerankannya sebagai tokoh hidup maupun benda mati (Hamdani, 2011:87). Metode ini banyak melibatkan siswa untuk beraktifitas dalam pembelajaran dan akan menciptakan suasana yang menyenangkan bagi peserta didik, tidak membosankan dan antusias dalam mengikuti layanan bimbingan konseling.
Melalui metode role playing peserta didik secara langsung akan mempraktikkan baik dalam berperilaku maupun berkomunikasi sesuai dengan tata krama walaupun masih dalam sebatas peran tertentu. Dengan mempraktikan langsung, peserta didik akan lebih memahami bagaimana berperilaku maupun berkomunikasi yang sesuai dengan tata krama yang berperilaku dalam masyarakat. Dengan demikian kesan yang didapatkan peserta didik tentang materi layanan yang sedang dipelajari lebih kuat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Selain itu, keunggulan lain dari metode role playing ini peserta didik dapat merasakan berbagai macam peristiwa secara langsung, karena terkadang banyak peristiwa psikologis dan sosial yang sukar bila dijelaskan dengan kata-kata. Oleh karena itu, peserta didik perlu diajak berpartisipasi untuk berperan dalam peristiwa psikologis atau sosial tersebut.