Mohon tunggu...
SITI RUKHILATUL JANNAH
SITI RUKHILATUL JANNAH Mohon Tunggu... Guru - Guru Agama di SMKN 1 PASURUAN

Saya adalah seorang Pendidik di salah satu sekolah Negeri di kota Pasuruan Saya sangat Suka Membaca & Menulis Artikel Islami terutama yang berkaitan dengan Pendidikan Anak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mental Anak Yatim di 10 Muharam

13 Juli 2024   17:43 Diperbarui: 13 Juli 2024   17:45 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

MENTAL ANAK YATIM di 10 MUHARRAM

10 Muharram tinggal menghitung hari
Terdapat Suatu Momen dimana umat Islam rutin mengadakan Tasyakuran bersama, diantaranya dengan membaca Al- Qur'an, Bersholawat, Mauidhoh Hasanah & Santunan kepada Anak yatim piatu

Suatu kegiatan religi yang sangat bermanfaat bagi warga setempat untuk beribadah & beramal kepada Anak Yatim yang membutuhkan, Niatnya Mulia tapi kenapa Hati ini berkecamuk, Marah, Sakit Hati, dan menangis dikala melihat wajah2 polos mereka

Menyebutkan Namanya diatas Panggung, menyuruhnya berbaris didepan banyak orang, bukan memperlihatkan Prestasinya, tapi mempertontonkan Gelarnya Sebagai Anak yatim yg tidak Punya Ayah/Ibu, Gelar Itu Akan terus terpatri dalam dirinya, Bahwa Dirinya Patut dikasihani sampai kapanpun, Mentalnya Seakan Dipaksa untuk menyebut dirinya sebagai anak yang harus disantuni.

Mirisnya terdapat beberapa oknum dimana Niat Berbagi hanya bertujuan untuk Memposting di media Sosial & Menunjukkan Wajah Polos anak2 yang patut dikasihani. Sakit rasanya melihat semua itu jadi bahan Tontonan, Pembunuhan Mental & karakter Anak seakan menjadikan Dirinya berbeda dengan yg lain, anak yang yg seharusnya diberi motivasi untuk menjadi kuat, justru membuat mereka mengasihani dirinya sendiri.

Rasulullah Saw saja Memposisikan Diri Beliau sejajar dengan Anak Yatim, Tapi kenapa kita manusia biasa justru Merasa Diatas mereka
Bukankan Kita yang Butuh Do'a mereka, Kita yang Butuh kepada Mereka, Seharusnya kitalah yang menghampiri Mereka, Bukan Mereka yang Harus Datang kepada Kita
Berdakwah & Mengajak dalam kebaikan sangat dianjurkan, Yang menjadi Tugas kita sekarang, Bukan Hanya Mendoakan mereka, tapi juga nenanamkan Mental Pejuang Buat Mereka yg hidup tanpa ayah/ibu agar kelak menjadi sosok yg kuat menjalani kehidupan kedepannya, Berikan Ilmu melalui syiar Islam, Ajarkan mereka cara Mendoakan Orangtua sebagai wujud bakti mereka selama Di Dunia. Tanamkan Adab agar mereka menjadi manusia yg bermoral.

Akan lebih Bijak jika Sikap Memuliakan & Memberikan kebahagiaan kepada Mereka tidak harus mempertontonkan wajah polosnya, Buatlah Mereka berharga sehingga menjadikan Mentalnya Terbangun untuk lebih Percaya Diri bahwa Dia Akan jadi sosok yg kuat, terbiasa mandiri dg harapan terbesarnya & Sukses Membahagiakan keluarganya serta Membawa Nama Baik Orangtuanya kelak

Untuk anak-anak Sholeh & sholihah, Kalian Anak-anak yg terpilih menjadi Kuat, Anak Hebat yg Dipaksa untuk Mandiri dalam keadaan, Mental Pejuangmu harus terus terbangun, sampai titik dimana kamu bisa membuat Orangtua tersenyum melihat sosokmu.

Untuk Kita,
Buatlah Mereka Bahagia Tanpa Harus menyebutkan status Anak yatim dihadapannya
Tasyakuran Adalah Wujud kita Bersyukur karena masih diberikan Ni'mat sampai saat ini, acara Santunan Anak Yatim selayaknya diberikan Secara Simbolis kepada salah satu Perwakilan Orangtuanya karena Beliaulah sosok yang kuat dan Berjasa untuk mengasuh Anaknya sampai saat ini.

Hampiri Mereka, Berikan Hadiah & santunan itu dirumahnya, Wajah Polos Anak-anak itu masih memiliki Hati & Perasaan yang harus dijaga, Mereka adalah Manusia yang sama dengan kita. Bukankah Do'a Merekalah yg Lebih cepat menembus Langit daripada kita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun