pendidikan, kurikulum Finlandia dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Pengakuan ini didasarkan pada skor tinggi yang diraih Finlandia dalam tes PISA. PISA, lembaga yang bertugas mengevaluasi sistem pendidikan di 72 negara dan menyelenggarakan evaluasi ini setiap tiga tahun. Finlandia dikenal sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, sekaligus menjadi salah satu negara paling bahagia. Data dari PISA menunjukkan bahwa Finlandia mencatatkan prestasi luar biasa, dengan siswa-siswanya memiliki kemampuan literasi yang tinggi serta tingkat harapan hidup yang baik (Hewi & Shaleh, 2020). Kesuksesan ini dapat di attributed to keseimbangan yang harmonis antara aktivitas sekolah dan kehidupan sehari-hari. Di negara ini, siswa juga memiliki kebebasan untuk mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler sesuai minat anak. Tujuan utama dari sistem pendidikan di Finlandia adalah memberikan pelatihan yang menyeluruh dan berkualitas tinggi. Hal ini mencakup penyediaan instruksi yang dapat diakses, komprehensif, dan merata bagi semua warganya. Pada tahap awal pendidikan, anak-anak didorong untuk belajar melalui bermain, yang merupakan area penting bagi perkembangan mereka sebelum memasuki usia sekolah yang lebih formal (Hutagaluh, 2022).
Dalam ranahPemahaman mengenai fungsi ECEC (Early Childhood Education and Care) di Finlandia melibatkan pengakuan akan makna dan signifikansi kesetaraan dalam masyarakat. Kesetaraan ini ditangani secara menyeluruh, mencakup berbagai sektor dan layanan sosial, serta didekati dari perspektif yang lebih luas. Artinya, bukan hanya sekadar menyediakan layanan bagi seluruh warga, tetapi juga penting untuk memastikan bahwa setiap individu menerima dukungan yang dibutuhkan agar dapat mengakses layanan tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Dengan demikian, setiap orang memiliki kesempatan yang setara untuk menikmati manfaat yang tersedia. Diskusi tentang kesetaraan di Finlandia telah berujung pada tindakan nyata dan diakui secara luas sebagai upaya untuk mendorong dan mengembangkan kesetaraan gender. Sistem penitipan anak dan prasekolah di Finlandia mengikuti rencana pendidikan Sekolah dan Perawatan Anak Usia Dini (ECEC), yang dengan tegas mendukung pengembangan anak-anak sebagai individu utuh. Fokus utama dari sistem ini adalah pada permainan, kesejahteraan, dan kemakmuran secara keseluruhan bagi anak-anak (Hutagaluh, 2022). Finlandia tidak menerapkan kerangka penilaian standar, karena tidak ada ujian publik yang dinormalisasi. Pembelajaran dilakukan secara individual, memungkinkan setiap siswa untuk terlibat dengan potensi yang dimilikinya. Setiap anak diberi kesempatan untuk mewujudkan impian mereka dan, dengan sepenuh hati berusaha untuk membuka kapasitas sejati yang ada dalam diri anak. Â Bermain memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Teori Vygotsky menekankan bahwa melalui aktivitas bermain, anak-anak dapat mencapai apa yang disebut Zona Perkembangan Proksimal (ZPD). ZPD menggambarkan jarak antara kemampuan yang dapat mereka capai secara mandiri dan potensi yang dapat mereka raih dengan bimbingan atau kolaborasi bersama orang lain yang lebih berpengalaman (Herlina, 2023).
Dalam konteks Pendidikan Anak Usia Dini (ECEC) di Finlandia, pendekatan yang berfokus pada permainan dan fenomena sangat sejalan dengan pandangan Vygotsky. Melalui berbagai bentuk permainan, baik yang terstruktur maupun bebas, anak-anak di Finlandia didorong untuk berkolaborasi dengan teman sebaya dan berinteraksi dengan guru, yang bertindak sebagai fasilitator. Hal ini menciptakan kesempatan bagi mereka untuk menjelajahi ide-ide baru dan mengembangkan keterampilan yang lebih kompleks dalam lingkungan yang mendukung. Tak hanya vygotsky, tapi juga berkaitan dengan teori kognitif oleh Jean Piaget, Jean Piaget menyatakan bahwa bermain merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan kognitif anak. Dalam konteks ini, ECEC (Early Childhood Education and Care) Finlandia mengintegrasikan prinsip-prinsip kognitif Piaget dengan mendorong anak-anak untuk menjelajahi dunia di sekitar mereka dan membangun pemahaman melalui pengalaman langsung. Piaget juga menekankan betapa pentingnya interaksi anak-anak dengan lingkungan mereka serta pengalaman yang mereka jalani dalam proses belajar. Sistem ECEC di Finlandia mengedepankan pembelajaran berbasis pengalaman, yang memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengembangkan keterampilan kognitif, motorik, sosial, dan emosional mereka melalui eksplorasi dan bermain. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip Piaget yang menekankan pentingnya pengalaman langsung serta perkembangan yang berlangsung secara bertahap (Ferreira, 2021).
Pembelajaran berbasis bermain diinterpretasikan sebagai metode yang melibatkan anak-anak dalam proses belajar di mana tujuan pedagogis, seperti konten, konsep, atau keterampilan tertentu, dicapai melalui cara yang 'alamiah' bagi mereka untuk berinteraksi dengan dunia melalui permainan. Dasar teori yang mendasari pembelajaran berbasis bermain telah dikenali sejak abad ke-19 melalui karya-karya Froebel, Montessori, dan Dewey, serta diperkaya oleh pemikiran Piaget dan Vygotsky. Pentingnya permainan dalam pembelajaran dan perkembangan anak telah diperkenalkan dan dijelaskan dengan mendalam oleh berbagai penulis, menciptakan argumen yang kuat bahwa anak-anak, dalam berbagai fase masa kanakannya, menggunakan permainan untuk memahami dan berkomunikasi dengan dunia di sekitarnya. Melalui permainan, anak belajar mengenai keberadaan dan tindakan mereka, memahami hubungan kausalitas dalam interaksi, mengeksplorasi kognisi mereka, dan berkembang sebagai individu dalam konteks sosial dan budaya (Ferreira, 2021) .
ECEC Finlandia memahami dan mengintegrasikan hubungan antara anak dan komunitasnya guna mendorong pengembangan kesadaran budaya, kompetensi, serta etika. Pendekatan ini juga mencakup pemikiran, multiliterasi, dan kemampuan dalam teknologi informasi, serta partisipasi dan keterlibatan anak. Dalam konteks ini, pengajaran dan pembelajaran tidak dapat sepenuhnya diinstruksikan tugas ECEC adalah membekali anak dengan kemampuan untuk mengamati, menganalisis, dan memahami lingkungan sekitar mereka. Melalui eksplorasi dan interaksi dengan lingkungan, anak-anak diberikan panduan untuk menjelajahi dan beraksi baik di lingkungan alami maupun buatan. Mereka diajarkan untuk memahami prinsip-prinsip dasar keberlanjutan dan mengumpulkan elemen-elemen yang ingin anak pelajari lebih dalam. Untuk implementasi dalam kegiatan pembelajaran bisa dilakukan melalui Anak-anak diajak untuk menjelajahi lingkungan sekitar mereka setiap hari. Hal ini bisa dilakukan melalui berbagai aktivitas, seperti berjalan-jalan dengan pemandu di sekitar wilayah, menjelajahi hutan atau taman, mengunjungi museum, perpustakaan, atau pameran budaya, serta menerima kunjungan dari komunitas tertentu di sekolah. Penting untuk dicatat bahwa kegiatan-kegiatan ini menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari anak-anak, dirancang untuk memperkuat hubungan mereka dengan komunitas dan meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab dalam menjalani gaya hidup yang berkelanjutan. Selama proses eksplorasi, anak-anak berkesempatan untuk mengembangkan minat terhadap fenomena tertentu atau situasi yang mereka anggap relevan. Situasi-situasi ini kemudian diintegrasikan ke dalam lingkungan kelas dan diperlakukan sebagai subjek yang layak untuk diselidiki. Cara anak-anak menikmati pengalaman ini sangat dipengaruhi oleh budaya operasional masing-masing pusat penitipan anak. Dalam ringkasan di bawah ini, kita akan melihat contoh konkret yang menggambarkan bagaimana praktik kompleks ini dapat dijalankan, serta bagaimana guru berperan dalam mendukung pemikiran mandiri dan kolaborasi di antara anak-anak (Agustyaningrum & Himmi, 2022).
Sistem Pendidikan Finlandia Sebagai Model Unggulan, yang berarti Finlandia telah menjadi contoh dunia dalam pengelolaan pendidikan dengan pendekatan yang holistik dan inovatif. Pendidikan mereka berhasil menciptakan kesetaraan akses, kurikulum yang fleksibel, dan model pengajaran berbasis penelitian yang mampu mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh. Mereka menekankan pendidikan berkualitas tinggi melalui pelatihan guru yang intensif dan berorientasi pada penelitian. Kedua, Pendekatan Berbasis Bermain dan Fenomena. Maksudnya, pendidikan anak usia dini di Finlandia mengintegrasikan metode berbasis bermain dan fenomena. Ini bertujuan untuk mendukung perkembangan anak melalui pembelajaran alami, dengan memberikan ruang eksplorasi bagi anak untuk memahami dunia di sekitar mereka. Pendekatan ini mencerminkan komitmen terhadap kesejahteraan, kesetaraan, dan hak pilihan anak dalam proses pembelajaran (Ummah, 2019).
Relevansi untuk Indonesia yaitu, sistem pendidikan Finlandia menawarkan pelajaran penting bagi Indonesia, terutama dalam hal desentralisasi pendidikan, pelibatan guru dalam pembuatan kebijakan, dan pendekatan sistematis terhadap reformasi pendidikan. Namun, implementasi model ini memerlukan adaptasi terhadap konteks sosial, budaya, dan nilai-nilai lokal. Kesimpulannya, keberhasilan Finlandia dalam pendidikan berakar pada pendekatan yang menghargai keunikan individu, kolaborasi sosial, dan komitmen berkelanjutan terhadap inovasi dan evaluasi. Model ini bisa menjadi inspirasi untuk memperbaiki sistem pendidikan di negara lain, termasuk Indonesia, dengan penyesuaian yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Agustyaningrum, N., & Himmi, N. (2022). Best Practices Sistem Pendidikan di Finlandia sebagai Refleksi Sistem Pendidikan di Indonesia. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(2), 2100--2109. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i2.2234
Ferreira, J. M. (2021). Play-based learning and phenomenon-based learning in the Finnish Early Childhood Education. Olhares & Trilhas, 23(3), 1278--1306. https://doi.org/10.14393/ot2021v23.n.3.58448
Herlina, M. (2023). Analisa Model Pembelajaran Anak Usia Dini Pada Masa Antroposen. Jurnal MENTARI: Manajemen, Pendidikan Dan Teknologi Informasi, 1(2), 144--154. https://doi.org/10.34306/mentari.v1i2.251