Mohon tunggu...
siti rohimah_sr
siti rohimah_sr Mohon Tunggu... Penulis - Istri dan Ibu Rumah Tangga

Suka menulis hal hal yang sedang atau pernah terjadi dalam hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Cukup Memotivasi Anak dengan Mainan?

18 Januari 2019   20:19 Diperbarui: 18 Januari 2019   20:23 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lagipula anak kita sudah sedikit belajar ikhlas ketika ia harus menahan keinginannya setelah ia menyelesaikan tugasnya. Daripada ia selalu mendapat apa yang ia inginkan tanpa ada yang harus ia usahakan. Bagi saya itu namanya memanjakan.

Jika ada yang bilang "uang... Uang saya. Terserah saya dong mau buat apa." Yasudah biarkan saja. Meminjam istilah lakum dinukum waliya diin, saya plesetkan sedikit. Bagimu caramu, bagiku caraku. Heheheh...

Lagipula dengan harus menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu, ia akan belajar bertanggung jawab akan hidupnya. Dan ia fokus pada apa yang menjadi keinginannya. Dulu saat saya selalu membelikan barang yang anak saya mau dengan mudah, ia tidak fokus dan kurang bertanggung jawab terhadap mainannya. Baru kemarin saya belikan gitar-gitaran piano. 

Sekarang ia minta kuda lumping. Mainan yang kemarin? Teronggok begitu saja di lantai. Sekarang karena anak saya sedang belajar membaca iqro, saya langsung yang mengajarkan di rumah. 

Setiap dia naik satu tingkat, saya akan mengabulkan permintaan nya. Satu tingkat di iqro untuk anak yang baru belajar itu cukup lama lho moms. Sekalian saya memintanya untuk menyisihkan uang jajannya (yang diberi oleh babahnya) dan memasukkan nya ke dalam botol Aqua 1,5 liter atau kami sebut "celengan". 

Supaya terlihat saja uangnya sudah seberapa banyak. Menurut saya itu lebih efektif untuk menyemangati anak saya mengaji sekaligus menabung, karena uangnya terlihat sudah penuh atau belum. Awalnya saya memberikan celengan bergambar kesukaannya, ternyata itu tidak berlangsung lama. Ia jenuh karena tidak bisa melihat sudah seberapa banyak uangnya, alhasil ia kurang semangat. Dan pastinya botol bekas Aqua 1,5 liter lebih murah daripada celengan kosong bergambar. Hihihii...

Sekarang saat saya meminta ia melakukan sesuatu terlebih dahulu untuk mainan yang ia inginkan, ia fokus pada tujuannya. Meskipun teman-temannya sudah beli 5 mainan baru yang berbeda, ia fokus mainan apa yang sebenarnya ia inginkan. Dengan begitu, mainan tidak terlalu menumpuk sia-sia dan uang belanja aman dalam jangka waktu yang cukup panjang. Hehehehe... Setidaknya itu tujuan utama saya.

Dan sebaiknya memang mainan terbaik untuk anak adalah tubuh orang tuanya sendiri. Seperti main cilukba, naik kuda-kudaan, rumah-rumahan dan lain sebagainya. Mainan hanyalah media penunjang agar kegiatan bermain lebih beragam. Jadi menurut saya memotivasi anak dengan mainan boleh-boleh saja.

Last but not the least, awal merubah pembiasaan memang berat. Tapi kuncinya hanya konsisten dan yakin. Bolehlah sedikit cheating (tau lah ya hati buibu kalo anaknya mewek) tapi janji dalam hati untuk berusaha lebih baik lagi.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun