Mohon tunggu...
Siti Rahma Yulia
Siti Rahma Yulia Mohon Tunggu... Penulis - Writter

Lulusan Sastra Indonesia, Universitas Pamulang | Writter

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bangkitnya Sastra Setelah Pandemi Covid-19

13 Desember 2022   23:05 Diperbarui: 13 Desember 2022   23:11 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbicara mengenai sastra pasti tidak akan ada ujungnya karena sastra di Indonesia berkembang dengan pesat sampai saat ini. Indonesia sudah melalui masa kritisnya yaitu saat pandemi covid-19 melanda negeri ini. Pada saat itu perkembangan sastra sedikit terhambat karena beberapa sastrawan sulit mendapatkan ketertarikan dari peminat sastra itu sendiri.

Akibatnya sastra sempat kehilangan jati dirinya sebagai hiburan atau curahan hati dari pengarang. Karena pada saat itu, masyarakat tidak memperdulikan bagaimana perkembangan sastra yang ada pikiran mereka yaitu bagaimana caranya agar negeri ini terbebas dari virus. Masyarakat berbondong-bondong membeli obat dan lebih memilih berdiam diri di rumah ketimbang memilih pergi untuk sekedar mencari angin atau menonton suatu pertunjukan teater di luar.

Pada saat itu pemerintah menetapkan situasi gawat di Indonesia sehingga mengharuskan masyarakat untuk jaga jarak dan memakai pelindung mulut agar virus tersebut tidak tertular.

Maka dari itu, muncullah siber yang berkembang pesat di dukung oleh kemajuan teknologi dan keadaan pandemi Covid-19 pada saat itu. Siber ini menggunakan internet sebagai alat untuk mempublikasikan suatu karya sastra baik berupa tulisan maupun lisan seperti novel, cerpen, puisi, podcast, dan drama/teater dilakukan secara online sehingga pembaca dapat melihat dan menyaksikan suatu karya sastra tersebut di dalam rumah.

Menurut saya, dengan adanya siber ini yang berkembang di Indonesia dapat menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas-kreativitas banyak orang yang dengan mudah dipublikasikan di media internet yang mendukung. Contohnya seperti di Twitter terdapat beberapa penulis cerita fiksi yang mengembangkan kreativitas imajinasinya dalam bentuk cerita atau bisa di sebut Alternate Universe (AU). Platform ini sedang banyak di gemari anak-anak muda yang menyukai cerita-cerita fiksi yang disajikan dalam bentuk romantis atau sedih.

Dari berkembangnya siber ini, pasti terdapat kekurangan dan kelebihannya. Mari kita bicarakan tentang kelebihan dari siber ini. Kelebihan siber ini yaitu dapat memunculkan para penulis-penulis baru dengan sangat pesat, terlebih terdapat beberapa platform yang mendukung kegiatan kreativitas ini dengan memberikan sebuah keuntungan. Jadi, hal tersebut dapat menumbuhkan semangat para penulis baru. Pembaca juga dapat dengan mudah mengakses karya-karya sastra siber ini dengan menggunakan kemajuan teknologi saat ini.

Kekurangan dari siber ini, banyak karya-karya sastra kehilangan jati dirinya. Banyaknya penulis-penulis baru yang bermunculan, sehingga melupakan konsep dalam membuat sastra tidak menggunakan kaidahnya. Sehingga sastra siber dianggap kurang menjiwai sastra itu sendiri.

Namun kelebihan dan kekurangan siber ini tergantung pada bagaimana seseorang memandang karya sastra itu sendiri. Saya harap dengan banyaknya para penulis yang bermunculan dapat mengembangkan kembali sastra yang ada di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun