Mohon tunggu...
Siti Rahma Yeza
Siti Rahma Yeza Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi

Nature

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dunia Ide Plato

23 Desember 2024   17:11 Diperbarui: 23 Desember 2024   18:06 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PLATO https://images.app.goo.gl/14Ldao1xwUiCQoC39

Plato adalah seorang filsuf besar Yunani Kuno yang hidup pada tahun 427-347 SM. Plato berasal dari keluarga kaya. Ayahnya bernama Ariston dan ibunya bernama Perikton. Plato lahir ayahnya meninggal dunia, kemudian ibunya menikah lagi dengan politikus Athena yang bernama Pyrilampes. Plato menjauhi keluarganya kerena keluarganya ikut terlibat dalam pemerintahan. Plato memilih tidak menikah karena ingin mengabdikan diri untuk mencari kebenaran.

Pemikiran Plato

Plato mengajarkan bahwa manusia berada di dua dunia yang berbeda, yaitu dunia fisik dan dunia ide.

Dunia fisik adalah tempat di mana kita tinggal dan hanyalah sebuah bayangan dari dunia asli (dunia ide yang bersifat abadi dan kekal)

Dunia ide ( bukan sebuah gagasan). Ide yang dimaksud sama sekali tidak ada dalam alam pikiran manusia, justru ide gagasan/pemikiran manusialah yang berasal dari dunia ide.

Untuk menjelaskan teorinya tentang dunia ide, Plato membuat alegori dengan mengatakan hidup ini seperti dirantai di dalam gua. Manusia di lukiskan sebagai seorang tahanan yang sejak lahir berada dalam sebuah gua. Manusia melihat bayangan di sebuah dinding batu tanpa tahu sumber dari bayangan tersebut. Di belakang mereka terdapat sebuah api unggun yang seringkali di lewatin oleh penjaga gua dan hewan-hewan. Sehingga seumur hidup mereka hanya mampu melihat bayangan-bayangan yang terpantul pada dinding di depan mereka, sehingga mereka menganggap sebagai kenyataan yang sebenarnya. Suatu hari, salah satu tahanan berhasil bebas dan keluar dari gua. Di luar, ia melihat matahari, yang melambangkan sumber kebenaran dan pengetahuan tertinggi. Ia menyadari bahwa bayangan yang dilihat di gua hanyalah representasi dari dunia nyata, dan bahwa dunia luar (dunia ide) jauh lebih nyata dan sempurna. Ketika ia kembali ke gua untuk memberi tahu para tahanan lainnya, mereka tidak mempercayainya dan bahkan mungkin menolak kebenaran yang dibawanya, karena mereka terlalu terikat pada "realitas" bayangan di dinding gua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun