Mohon tunggu...
Siti Rahmadila
Siti Rahmadila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah

Saya Mahasiswi S1 Program Studi Jurnalistik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebagai Mahasiswa Jurnalistik saya menguasai skill peliputan dan pembuatan berita seperti hardnews dan softnews. Saya juga berpengalaman memegang sosial media kampus untuk membuat konten sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Transformasi Cara Mendidik Anak: Tantangan dan Keberhasilan Gentle Parenting dalam Era Modern

6 Januari 2024   06:48 Diperbarui: 6 Januari 2024   06:56 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta, Kompasiana.com – Gentle Parenting menjadi bahan perbincangan akhir-akhir ini, dalam menghadapi kompleksitas perkembangan anak di era modern, pendekatan “Gentle Parenting” menjadi sorotan utama bagi banyak orang tua. Metode yang menekankan pentingnya kasih sayang, lemah lembut, empati, dan pengertian dalam mendidik anak, membantu perkembangan anak menjadi individu yang percaya diri dan peduli terhadap orang lain.

Pernyataan ini didukung oleh salah satu guru sekaligus wali kelas V, SDN Kampung Bali 03 Pagi, Jakarta Pusat. Shinta Tri setiani S.Pd atau disapa Shinta. Menurutnya, gentle parenting metode mendidik yang sangat sesuai dengan zamannya, karena gentle parenting sendiri adalah metode mendidik yang disesuaikan dengan emosi anak dan kreatifitas anak, dengan cara yang lembut dan penuh kasih sayang. Dengan adanya metode Gentle Parenting di zaman seperti ini, anak-anak dituntut untuk kreatif dan dapat mengendalikan emosi, sehingga disaat mereka terjun ke jenjang dewasa yaitu bekerja mereka tidak kesulitan dalam menyesuaikan diri nantinya, dan dapat menjalani hidup dengan kemampuannya berdasarkan gentle parenting yang dilakukan oleh orang tua dan guru.

Gentle Parenting sangat penting, karena itu bekal untuk anak-anak supaya mereka dapat menghadapi tantangan-tantangan di masa ini, agar mereka dapat berdiri sendiri untuk menghadapi tantangan yang berat di masa depan,” imbuh Shinta saat diwawancarai di dalam kelas V, SDN Kampung Bali 03 Pagi, Jakarta Pusat, pada Rabu, (3/1/2024).

Shinta menambahkan, setiap metode pendidikan anak pasti ada tantangannya, begitu pula dengan penerapan metode gentle parenting, contohnya seperti kemauan berubah orang tua dalam mendidik anak, jadi tantangan terbesar adalah diri masing-masing individu. Beberapa orang tua mungkin merasa sulit untuk mengendalikan emosi mereka sendiri ketika anak-anak menunjukkan perilaku yang menantang atau menguji batasan.

“Tantangan terbesar dari gentle parenting adalah kemauan perubahan dari pada orang tua dalam memberikan metode pendidikan kepada anak. Jadi, tantangan terbesarnya diri sendiri, mau atau tidak orang itu berubah balik lagi dari diri masing-masing,” ujarnya.

Sebaliknya, pernyataan tersebut di sanggah oleh salah satu Ibu rumah tangga, di Daerah Jati Baru Raya RW 03, Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Novianti. Menurutnya, sebagai orang tua jika terlalu lemah lembut, takut kedepannya anak-anak akan gagal dalam menghadapi dunia nyata yang keras. Takut jika nanti anak diperlakukan tidak baik atau sampai dibully oleh anak sebayanya, mereka tidak dapat membalas. Juga ada kekhawatiran gentle parenting dapat menciptakan ketergantungan yang berlebihan terhadap orang tuanya yang akan menghambat kemandirian anak-anak.

Gentle Parenting sebenarnya sangat penting di masa modern seperti ini, dan konsep ini sangat lumayan untuk membantu ibu muda yang baru belajar mempunyai anak. Tetapi, kita dapat melihat banyaknya kekerasan pada zaman ini, secara langsung maupun media sosial. Takut jika terlalu lemah lembut, anak tidak dapat melawan ketika ia dibully atau diperlakukan tidak baik oleh teman sebayanya. ” ujar Novianti, lalu ia juga menambahkan “Kita dapat mengatasinya bukan dengan kekerasan, tetapi dengan mendisiplinkan dengan tegas,” tuturnya saat di wawancara di kediamannya, Jati Baru Raya RW 03, Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada Kamis (4/1/2024).

Novianti menambahkan, tantangan terbesar dari gentle parenting adalah lingkungan keluarga dengan pendekatan parenting yang berbeda, terutama dari kakek dan nenek, bisa jadi tantangan dalam menerapkan gentle parenting. Menyeimbangkan metode pendidikan yang beragam bisa sulit dan mempengaruhi konsistensi orang tua dalam menerapkan metode mereka. Komunikasi terbuka di keluarga penting untuk menjaga kesepahaman dan konsistensi dalam mendidik anak-anak.

“Tantangan terbesarnya, pasti lingkungan sekitarnya ya, apalagi nenek dan kakeknya punya cara parenting yang jauh berbeda dengan gentle parenting,” ujarnya.

Keberhasilan penerapan gentle parenting bukan hanya di Indonesia, juga dapat dilihat dari sisi luar negeri yang juga menerapkan metode gentle parenting. Di tahun 2023, pada analisis komparatif, praktik gentle parenting dapat meningkatkan hubungan orang tua dan anak. Di Study Pew Research Center, menemukan bahwa 44% orang tua di AS membesarkan anak mereka dengan cara gentle parenting. Walaupun di Indonesia belum dapat ditinjau secara menyeluruh, akan tetapi keberhasilan gentle parenting  dapat membuat ikatan anak dan orang tua menjadi erat serta membawa suasana yang lebih positif. Hal ini dibenarkan oleh seorang anggota Karang Taruna RW 03, Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Nurul Hafitriani yang kerap disapa Nurul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun