Mohon tunggu...
Siti RahmaDewi Siregar
Siti RahmaDewi Siregar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Psikologi Anak Usia Dini Menggunakan Bahan Ajaran Alquran Hadist

6 Mei 2024   22:02 Diperbarui: 6 Mei 2024   22:04 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

pendidikan anak usia dini, khususnya untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang metode bercerita dan teknik penerapannya pada pendidikan anak usia dini dalam rangka mengawal dan membimbing anak- anak didik menumbuhkan karakter-karakter mulia (akhlakul karimah) dalam diri mereka sehingga dapat membentuk karakter bangsa yang diharapkan. Dari uraian di atas, maka pembahasan selanjutknya akan difokuskan kepada bagaimana muatan cerita yang terkandung di dalam Al-Quran dapat diterapkan dalam pendidikan anak usia dini serta bagaimana metode bercerita dapat dijalankan sesuai dengan masa perkembangan anak usia dini. Materi pada penelitian ini berbentuk Kisah/Cerita yang terdapat di dalam Al'Quran. Bentuk cerita dalam Al-Quran yang dicontohkan oleh Allah SWT dalam mendidik manusia tentang hal ihwal Umat yang telah lalu, membuat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa yang terjadi. Cara penyajiannya dengan cara yang menarik dan memiliki nilai pendidikan dan nilai sastra yang tinggi. Materi ini adalah pengembangan nilai karakter yang menggunakan metode cerita berbasis Al-Quran. Metode Cerita Cerita adalah metode komunikasi bangsa Indonesia yang sudah berlaku dari generasi ke generasi, bahkan dalam Islam metode bercerita dalam metode pendidikan yang tertua sepanjang sejarah kehidupan manusia, sebagaimana Allah menggunakan metode cerita dalam mendidik manusia. Disebutkan di dalam al-Quran Surat Yusuf ayat 111 bahwa "Sesungguhnya pada berita mereka itu terdapat pelajaran bagi orang- orang yang berakal Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri. Akan menyenangkan bagi anak-anak maupun orang dewasa, jika pengarang, pendongeng, dan penyimaknya sama-sama baik. Cerita adalah salah satu bentuk sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar oleh orang yang tidak bisa membaca. Dalam cerita, ada beberapa hal pokok yang masing-masing tidak bisa dipisahkan, yaitu karangan, pengarang, penceritaan, pencerita atau pendongeng, dan penyimakan serta penyimak (Majid 2005). Dalam bercerita, nilai-nilai luhur ditanamkan pada diri anak melalui penghayatan terhadap makna dan maksud cerita (meaning and intention of story). Anak melakukan serangkaian kegiatan kognisi dan afeksi, mulai dari interprestasi komprehensi, hingga inferensi terhadap nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya Berdasarkan penelitian, beberapa alasan penting mengapa bercerita menjadi begitu penting bagi anak adalah sebagai berikut (Musfiroh 2008): 

(1) bercerita merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling mudah dicerna anak di samping teladan yang dilihat anak setiap hari

(2) bercerita merupakan metode dan materi yang dapat diintegrasikan dengan dasar keterampilan lain, yakni berbicara, membaca, menulis, dan menyimak, serta tidak terkecuali untuk anak di Taman Kanak- kanak

 (3) bercerita memberi ruang lingkup yang bebas pada anak untuk mengembangkan kemampuan bersimpati dan berempati terhadap peristiwa yang menimpa orang lain. Hal tersebut mendasari anak untuk memiliki kepekaan sosial;

 (4) bercerita memberi contoh pada anak bagaimana menyikapi suatu permasalahan dengan baik, bagaimana melakukan pembicaraan yang baik, sekaligus memberi "pelajaran" pada anak bagaimana cara mengendalikan keinginan-keinginan yang dinilai negatif oleh masyarakat

(5) bercerita memberikan barometer sosial pada anak dan nilai-nilai apa saja yang diterima oleh masyarakat sekitar, seperti patuh pada perintah orang tua, mengalah pada adik, dan selalu bersikap jujur 

(6) bercerita memberikan "pelajaran" budaya dan budi pekerti yang memiliki retensi lebih kuat daripada "pelajaran" budi pekerti yang diberikan melalui penuturan dan perintah langsung

 (7) bercerita memberikan ruang gerak pada anak, kapan sesuatu nilai yang berhasil ditangkap akan diaplikasikan;

 (8) bercerita memberikan efek psikologis yang positif bagi anak dan guru sebagai pencerita, seperti kedekatan emosional sebagai pengganti figur lekat orang tua

(9) bercerita membangkitkan rasa tahu anak akan peristiwa atau cerita, alur, plot, dan yang demikian itu menumbuhkan kemampuan merangkai hubungan sebab- akibat dari suatu peristiwa dan memberikan peluang bagi anak untuk belajar menelaah kejadian-kejadian di sekelilingnya 

(10)bercerita memberikan daya tarik bersekolah bagi anak karena di dalambercerita ada efek rekreatif dan imajinatif yang dibutuhkan anak usia TK. Kehadiran cerita membuat anak lebih joy in school dan memiliki kerinduan bersekolah, karena cerita menyenangkan bagi anak )bercerita mendorong anak memberikan "makna" bagi proses belajar terutama mengenai empati sehingga anak dapat mengkonkretkan rabaan psikologis mereka bagaimana seharusnya memandanag sesuatu masalah dari sudut pandang orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun