Mohon tunggu...
Siti Qoriah
Siti Qoriah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Mahasiswi program studi ips

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nilai Budaya dalam Pacu Jalur pada Masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi

5 Januari 2023   22:19 Diperbarui: 5 Januari 2023   22:29 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kabupaten Kuansing (Kuantan Singingi) sering juga disebut dengan Rantau Kuantan atau daerah perantauan orang-orang dari Minangkabau. Masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi memiliki satu perlombaan tradisional yang sangat populer, yaitu perlombaan Pacu Jalur. Festival Pacu Jalur merupakan salah satu tradisi kebanggaan masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi, khususnya dan masyakarat Provinsi Riau umumnya. Tradisi Pacu Jalur pada saat sekarang sudah menjadi event nasional.

Pacu Jalur merupakan sejenis lomba dayung tradisional khas daerah Kuantan Singingi (Kuansing) yang hingga sekarang masih ada dan berkembang di Propinsi Riau. Lomba dayung ini menggunakan perahu yang terbuat dari kayu gelondongan yang oleh masyarakat sekitar juga sering disebut jalur. Sejak beberapa tahun, pacu jalur telah masuk kedalam kalender pariwisata nasional di Riau yang diadakan oleh masyarakat Kuansing. Pembukaan kegiatan budaya pacu jalur yang digelar masyarakat Kuantan Singingi berlangsung cukup meriah, ribuan masyarakat tumpah rumah memenuhi tribun dan tepian Narosa, Teluk Kuantan. Kegiatan Pacu Jalur merupakan pesta rakyat yang terbilang sangat meriah. Bagi para wisatawan yang berkunjung ke acara ini dapat menyaksikan kemeriahan festival yang merupakan hasil karya masyarakat Kuantan Singingi ini.

 Pacu jalur bagi masyarakat Kuantan Singingi bukan hanya merupakan suatu pertandingan yang rutin dilaksanakan, melainkan juga berkaitan dengan prestise bagi masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat mendukung sepenuhnya setiap proses pembuatan jalur di kampungnya. Demikian juga dukungan diberikan pada saat pertandingan berlangsung, di mana warga masyarakat akan hadir di saat pertandingan berlangsung. Di samping masyarakat yang tempatan, dukungan juga diberikan oleh warga perantau yang berasal dari kampung tersebut.Jalur bagi masyarakat setempat memiliki nilai tersendiri, sehingga jika suatu kampung tidak memiliki jalur merupakan suatu aib.

Dengan demikian, setiap kampung berupaya menyediakan jalur yang dapat dijadikan kebanggaan kampung mereka. Jalur juga dipandang sebagai simbol kekompakan masyarakat dan sekaligus dianggap berkah bagi desa tersebut. Dalam pandangan masyarakat untuk melihat tuah suatu kampung juga dapat dikaitkan dengan keberadaan jalur tersebut. Jalur yang baik atau berkualitas tidak akan wujud tanpa adanya kekompakan dan solidaritas warga masyarakatnya. Oleh karena itu, kesolidan antara pengurus jalur, dukun jalur, anak pacu, dan warga masyarakat amat menentukan kemenangan sebuah jalur dalam perlombaan. Jika ada yang tidak kompak atau curang dalam kepengurusan, maka jalur tersebut sulit untuk mendapatkan kemenangan.

Untuk membuat suatu jalur memerlukan biaya yang cukup besar, mulai dari mencari kayu, maelo, membuat jalur, melayur, latihan anak pacu, dan ikut perlombaan. Semua tahapan tersebut membutuhkan dana yang harus dibayar oleh pengurus jalur. Keseluruhan biaya tersebut didapatkan dari sponsor dan juga sumbangan warga masyarakat, baik yang ada di kampung maupun di rantau. Menghadirkan sebuah jalur pada suatu kampung memerlukan solidaritas seluruh warga kampung. Di mana setiap keputusan yang diambil akan dimusyawarahkan terlebih dahulu bersama seluruh warga, baik berkaitan dengan kegiatan fisik, penunjukan dukun, maupun mencari dana. Dengan demikian, untuk menyediakan sebuah jalur memerlukan dukungan dari berbagai pihak, baik secara tenaga, materil, maupun moril.

Dalam acara ini ada sebuah aktivitas yang benar-benar menunjukkan adanya suatu nilai budaya dan solidaritas masyarakat yaitu "Maleo" atau manarik merupakan salah satu tahapan penting dalam tradisi pacu jalur. Aktivitas ini dilakukan setelah kayu yang akan dibuat jalur ditebang terlebih dulu. Mengingat besar dan panjangnya kayu tersebut, maka diperlukan banyak tenaga manusia untuk menarik atau maelonya. Oleh karena itu, kekompakan masyarakat suatu kampung amat diperlukan agar pekerjaan maelo berjalan dengan sukses. Menarik (maelo) jalur sudah menjadi tradisi yang melekat dan mendarah daging bagi masyarakat Kuantan singingi.

Pacu jalur merupakan wujud kebudayaan bagi masyarakat Kuantan Singingi yang diwariskan secara turun temurun. Bagi masyarakat Rantau Kuantan pacu jalur memiliki makna tersendiri, baik bagi diri pribadi maupun sebagai warga kampung. Jadi, tidak sempurna suatu kampung jika warganya tidak mempunyai jalur/pacu jalur. Pacu Jalur merupakan hasil karya budaya yang memiliki nilai estetik tersendiri, dan juga mencakup kreativitas dan imaginasi. Pacu jalur merupakan tradisi yang sudah berlangsung sejak lama dan menjadi suatu kebudayaan tersendiri bagi  masyarakat Kuantan Singingi dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Bagi masyarakat setempat, Pacu Jalur merupakan puncak dari seluruh kegiatan, segala upaya, dan segala keringat yang mereka keluarkan untuk mencari penghidupan selama setahun. Pada saat sekarang ini Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi menjadikan kegiatan Pacu Jalur sebagai event nasional dan sekaligus menjadi wisata budaya.

Tradisi pacu jalur masyarakat Kuantan Singingi menuntut adanya solidaritas sosial masyarakat. Tanpa kekompakan dan kebersamaan warga masyarakat, jalur tidak akan mungkin diwujudkan. Salah satu bentuk solidaritas masyarakat diperlihat dalam tahapan maelo. Maelo atau menarik (kayu atau jalur setengah jadi) merupakan suatu tahapan dalam pembuatan jalur. Tahapan ini dilakukan setelah kayu jalur ditebang. Mengingat maelo merupakan pekerjaan yang berat yang memerlukan banyak tenaga manusia, maka amat diperlukan solidaritas dan partisipasi masyarakat. Dalam kegiatan maelo seluruh warga masyarakat terlibat, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka beramai-ramai pergi ke hutan untuk maelo jalur atau kayu jalur.

Dengan demikian tradisi pacu jalur bagi masyarakat Kuansing memiliki nilai kebudayaan yang sangat kuat dalam membangun  solidaritas warga masyarakat, sehingga tradisi pacu jalur ini tidak boleh hilang atau di lupakan bagi masyarakat Kuansing. Oleh sebab itu tradisi pacu jalur selalu dilaksanakan setiap tahun saat memperingati hari hari tertentu seperti memperingati kemerdekaan  Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun