Mohon tunggu...
Siti Qomariyah
Siti Qomariyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kajian Pragmatik: Bahasa Mengkhianati Makna?

18 Desember 2024   20:46 Diperbarui: 18 Desember 2024   20:46 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang digunakan untuk saling berbagi pikiran, emosi, dan informasi. Bahasa tidak hanya berfungsi untuk menyampaikan pesan, tetapi juga berfungsi untuk membangun realitas, mengungkapkan identitas, dan membangun hubungan sosial. Ketika seseorang berbahasa pasti memiliki makna didalamnya. Namun, bahasa tidak selalu mengikuti makna sebenarnya. Penting untuk memahami bahasa dan cara orang menggunakannya dalam konteks sosial. Memahami bahasa tidak hanya menguasai kosa kata dan tata bahasa saja, melainkan juga memahami konteks, maksud, dan arti yang tersirat dalam sebuah komunikasi. Dalam hal ini, ilmu yang mempelajari keterkaitan antara bahasa dan konteks adalah pragmatik. Pragmatik adalah bidang linguistik yang mempelajari cara bahasa diinterpretasikan dan digunakan dalam situasi tertentu.

Dalam konteks pragmatik konteks mempengaruhi makna, kita menemukan bahwa bahasa sering kali menipu apa yang tampaknya dimaksudkan oleh penuturnya. Makna yang tersirat dibalik ucapan merupakan konsep penting dari pragmatik. Sebagai contoh pada kalimat "Ruangan ini sangat panas". Dari ujaran tersebut mungkin penutur tidak hanya memberikan sebuah fakta bahwa suhu diruangan itu sangat panas. Ujaran tersebut menimbulkan ambiguitas, yang mana maksud penutur agar mitra tutur membuka jendela, menyalakan kipas angin atau pendingin ruangan. Dalam situasi seperti ini, bahasa dapat menjadi alat untuk manipulasi karena apa yang dikatakan secara langsung sering kali berbeda dengan apa yang dimaksudkan secara implisit.

Fenomena ini menjadi lebih sulit ketika terjadi dalam komunikasi antarbudaya. Dalam satu budaya, pola implikatur mungkin sulit dipahami dalam budaya lain. Misalnya, ungkapan seperti "Mungkin kamu punya pertimbangan lain?". Ujaran tersebut bisa berarti "Saya tidak setuju dengan keputusanmu"dalam budaya yang sangat mengutamakan kesopanan. Tanpa memahami konteks budaya, makna ini bisa hilang atau bahkan disalahartikan. Contoh lain sebagai bukti bahwa, untuk memahami suatu ujaran harus memahami konteks. Seperti pada percapakan berikut, "Pak, saya izin ke belakang" percakapan tersebut terjadi di ruang kelas. Secara prakmatis, bentuk awal kalimat di atas adalah "Pak, saya izin ke toilet." Namun, kata "toilet" dianggap tidak sopan, sehingga diganti dengan kata "ke belakang".

Pragmatik menjadi hal yang penting dalam komunikasi yang efektif. Kita dapat menghindari kesalahpahaman dengan memahami maksud pembicara secara kontekstual. Misalnya, perbedaan norma sosial atau cara berbicara dapat menyebabkan salah tafsir dalam percakapan antarbudaya. Dalam budaya tertentu, kata-kata seperti "Kapan kita bisa bertemu lagi?" mungkin dianggap sebagai basa-basi, tetapi dalam budaya lain, mereka bisa berarti ajakan yang serius. Pengkhianatan makna tidak selalu berarti buruk. Ambiguitas bahasa sering kali digunakan dalam seni dan sastra untuk menghasilkan lapisan makna yang lebih kaya. Misalnya dalam puisi sering menggunakan gaya metafora untuk menyampaikan pengalaman yang rumit dan mendalam.

Salah satu Langkah penting untuk menciptakan komunikasi yang lebih efektif dan autentik adalah kesadaran tentang bagaiamana bahasa dapat mengkhianati makna. Dengan memahami prinsip-prinsip pragmatik, diharapkan tidak hanya menjadi penutur yang baik, tetapi juga menjadi pendengar atau mitra tutur yang cerdas dan mampu menafsirkan maksud lawan tutur. Studi pragmatik merupakan studi bahasa yang mencakup hubungan dinamika antara individu dan masyarakat. Oleh karena itu, pengkhianatan bahasa terhadap makna menunjukkan kompleksitas dalam berbahasa sekaligus tantangan dalam berkomunikasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun