Mohon tunggu...
Siti Qomaria
Siti Qomaria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ludruk (Ketoprak Madura), Menengok Sastra Lama di Madura

15 Oktober 2021   00:23 Diperbarui: 15 Oktober 2021   00:33 2034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi : dmagz.id

Ludruk adalah salah satu kesenian dari Kabupaten Sumenep yang sering menghibur masyarakat. Dengan pertujukan yang menonjolkan tari, lawak dan cerita-cerita penting tempo dulu, ini selalu menyedot perhatian  masyarakat.

Dikutip dari pesonatravel, Ludruk kali pertama muncul pada 1890, dicetuskan oleh Gangsar, seorang seniman dari Desa Pandan, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Jatim. Awalnya, Ludruk hanya ngamen dan jogetan. Kemudian, ia berkembang ditambah dengan macam kesenian Jatim lain seperti parikan atau puisi Jawa modern dan dialog.

Dengan bernuansa hiburan dan pendidikan,Ludruk ini basis perkembangan mayoritas di Kecamatan Kalianget, Desa Tanjung, dan Kecamatan Saronggi.

Terdapat dua kelompok seni di desa ini yang sampai saat ini masih menjadi pilihan utama masyarakat yaitu Rukun Karya (Ruka) dan Rukun Famili (Rufa).

Adapun keunikan dalam kesinan Ludruk ini pemeran hanya Laki-laki saja, bermula pada saat Gangsar melihat seorang lelaki yang menangis. Lelaki ini berpekaian perempuan, Gangsar menganggap hal ini lucu dan menarik. Akhirnya ia bertanya apa alasan lelaki itu memakai pakaian perempuan.

Menurut lelaki itu, baju perempuan yang ia kenakan dapat mengelabui anaknya dan membuat anaknya merasa dia digendong oleh ibunya.

Selain sebutan Ludruk, di kalangan masyarakat sendiri juga terkenal dengan sebutan Ketoprak Madura dalam pementasannya dimulai dengan Tari, Lawak, Dan yang jadi acara pamungkas yaitu cerita-cerita yang terjadi pada zaman dahulu, dialog dan monolog dalam Ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonya tertawa. dan berlangsung dalam semalam suntuk, dan hanya istirahat total pada saat bulan ramadhan saja.

Meskipun ditengah budaya asing yang banyak menginfiltrasi, Ludruk masih banyak peminat, terbukti ketika masyarakat mengadakan pesta pernikahan, kesenian Ludruk masih menjadi pilihan awal untuk memeriahkan acara tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun