Mohon tunggu...
Cerpen

Resensi Cerpen "Bayi Malaikat"

15 April 2019   14:28 Diperbarui: 15 April 2019   14:41 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Resensi Cerpen

Judul : Bayi Malaikat

A. Identitas cerpen
1. Judul cerpen                 : Bayi Malaikat
2. Pengarang                    : Dadang Ari Murtono
3. Ilustrator                       : Rendra Purnama/Republika
4. Dipublikasikan              : 31 Maret 2019
5. Penerbit                        : lakonhidup.com
6. Halaman                       : 4 halaman
7. Cerpen yang diresensi : Halaman 1-4

B. Pendahuluan
Cerpen ini ditulis dan dibuat oleh Dadang Ari Murtono, ia lahir dan tinggal di Mojokerto, Jawa Timur. Bukunya yang sudah terbit antara lain ludruk kedua (kumpulan puisi, 2016) dan samaran (novel, 2018) saat ini ia bekerja penuh waktu sebagai penulis dan terlibat dalam kelompok suka jalan.

C. Isi resensi :

1. Kelebihan :
a. Cerpen tersebut menceritakan kisah seorang wanita yang tegar dan juga gambaran seseorang yang selalu sabar, tabah dalam menghadapi segala cobaan sehingga orang dapat termotivasi untuk melakukan hal tersebut. 

b. Cerpen tersebut menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh semua orang.

2. Kekurangan :
a. Cerpen  tersebut menceritakan kehidupan bayi nul yang lahir tidak wajar seperti bayi lainnya secara singkat padahal cerita tersebut bisa ditambah lagi sehingga pembaca lebih tertarik untuk membacanya.

b. Penggambaran tokoh di cerpen kurang di jabarkan, sehingga pembaca hanya bisa mengira- ngira bagaimana watak para tokoh di cerpen.

D. Simpulan :
Nul adalah Bayi Malaikat ia lahir  berbeda dengan bayi pada umumnya  dengan tangan dan kaki hanya sepanjang tak lebih dari lima sentimeter dan lebih terlihat seperti tonjolan daging ketimbang tangan dan kaki, serta badan yang luar biasa besar . Bayi ini lebih tampak seperti seekor ikan gembung raksasa yang tengah menggembung serta tidak diketahui kelaminnya apa bayi ini laki-laki atau perempuan sehingga ibu si bayi menyebutnya bayi malaikat karena malaikat tidak memiliki kelamin. Setelah lahir dan melihat kondisi anaknya Bapak bayi itu tidak ingin membacakan adzan untuknya dan tidak pernah mengeluarkan suara lagi, dia hanya duduk dibawah pohon dan menatap kosong kedepan, Dengan tegar ibu itu membacakan adzan sedikit demi sedikit untuk anaknya. Tetangga berdatangan untuk menengok dan tidak satupun dari mereka yang tidak terkejut melihat bentuk si bayi.

E. Rekomendasi/saran :
Sebaiknya cerita ini dijelaskan lebih rinci lagi kenapa bayi itu disebut bayi malaikat supaya pembaca lebih puas membacanya.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun