Guru Seni Budaya selalu mengingatkan aku untuk latihan nyanyi, karena pada kelas 5 aku di ikut sertakan lomba nyanyi untuk mewakili sekolah pada lomba nyanyi SD tingkat Kecamatan Padalarang dan mendapatkan juara ke-5. Pada saat itu aku sangat sedih dan malu kepada teman teman di kelas. Namun kata ibu guru. " Gak apa--apa nanti berusaha lebih giat lagi nyayinya ya" . Dan guru yang berkata itu sekarang sudah tiada karena penyakitnya.
Kelas 6 aku udah gak ikut kegiatan perlombaan lagi karena fokus belajar dan pulang sore dikarenakan ikut les di kelas. Aku sangat bangga dan senang karena akhirnya aku mendapatkan hasil ulangan akhir yang memuaskan.
Berbeda ketika aku di SMP, aku SMP di SMPN 2 Padalarang, agak jauh dari rumah dan memutuskan aku untuk naik ojek karena gak mau datang ke sekolah terambat, di SMP aku selalu gonta-ganti ekstrakulikuler entah itu karena alasan seniornya ganteng,kemauan sendiri atau cuman karena dipaksa teman.Â
Akupun sempat menjadi anggota Osis tapi kelas 9 aku mengundurkan diri karena tidak diperbolehkan oleh mamahku. "Fokus belajar jangan ikut kegiatan apa-apa." Setiap pulang sekolah aku selalu cepat--cepat menuju gerbang untuk mencari angkot yang kosong duluan bersama sahabatk, Fadilla dan Dela.
Kita deket dari kelas 9, kemana--mana selalu barengan. Karena kelas 9 pada saat itu belum diadakan pemantapan jadi aku selalu pulang sekolah jalan--jalan bersama sahabatku naik angkot. Sampai waktunya kita bertiga jarang bersama lagi , karena ada permasalahan yang membuat canggung untuk memulai pembicaraan pada saat itu. Permasalahannya cowok , Fadilla dan Dela suka ke cowok yang sama, sampai sindir-sindiran di media sosial dan ketika ketemu selalu buang muka. Saat itu aku hanya memcoba mencari jalan keluar agar persahabatanku tidak seperti ini lagi. Â
Akhirnya aku mulai berbicara kepada sahabatku. "kita jangan kaya gini--gini aja, gak baik ,  sebentar lagi udah mau lulus." Dan akhirnya kita maafan dan mulai bersama lagi walaupun agak sedikit canggung. Waktu kelulusanpun tiba, kami mempunyai tujuan yang berbeda dalam memilih sekolah, aku memutuskan daftar di SMAN 1 Padalarang, alhamdulilah  keterima. Dan sahabatku keduannya masuk sekolah yang diinginkanya juga.Â
Perasaan ku sangat senang karena masuk sekolah terfavorit di Padalarang. Aku masuk jurusan Mipa, sangat senang sekali karena sesuai dengan keinginanku dan menjurus sesuai cita-citaku menjadi seorang perawat. Hari senin minggu pertama sekolah, di kelas aku sangat malu dan canggung karena belum berkenalan dengan teman-teman baru. Ada hal yang membuat aku senang pada saat itu, karena pada saat aku berkenalan dengan salah satu teman di kelas, nama depannya sama dengan namaku yaitu siti. Aku. " Hai , siapa namanya?." Dia membalas dengan malu.Â
"Siti khotimah." aku kaget dan memegang pundaknya. " Hah serius ? sama dong namanya aku juga Siti , Siti nur rizky Amelia." Dan kita saling berjabat tangan sambil mngucapkan. "Salam kenal ya." Berhubungan nama kita sama aku memutuskan mengajak dia untuk duduk sebangku denganku. Awalnya sangat canggung, aku memulai obrolan dengannya dari mulai dimana rumahnya, nomber hpnya berapa, Â asal sekolah mana dan tanggal lahirnya.Â
Ternyata dia kelahiran 2003 dan bulan Maret sama seperti aku cuma yang membedakan hanya tanggal lahirnya dia tanggal 16 dan aku tanggal 26. Kemana--mana selalu bersama sampai parkir motor harus sebelahan. Kita selalu mebicarakan tentang pelajaran, bermain, kuliah, percintaan dan cita--cita yang selalu berganti--ganti.
Dua tahun aku duduk dengannya, banyak sekali hal yang menyenangkan maupun hal yang membuat kita canggung karena permasalahan. Sangat menyenangkan sekali karena dia sahabat aku yang benar--benar tau aku di SMA .Â
Rencana kita untuk kelas 12 yaitu sebangku lagi tapi keadaan berkata lain kita harus belajar dirumah karena adanya pandemi virus covid -19, berbuhungan hanya dengan media sosial, tidak hanya dengannya tapi dengan semua teman -- teman di kelas. Padahal harapanku di kelas 12 kita bersama--sama membuat hal--hal yang pantas untuk diingat nanti setelah kita lulus SMA .