Dengan cara berpikir itu, dalam realisasinya mereka menganggap Palestina 'seharusnya' kosong dan tak bertuan.Â
Ketika ternyata mereka datang ke Palestina, ternyata negeri itu berpenghuni , dan bahkan telah membangun peradaban selama ribuan tahun lamanya. Sebelum zionis datang ke Palestina, kaum muslimin saja sudah hidup disitu sekitat 1200 tahun.
Akhirnya zionis mempersenjatai diri dengan melakukan  "pembersihan etnis", meguasai tanah dan desa yang "seharusnya" menjadi milik mereka.Â
Akhirnya mereka tak peduli siapa yang harus mati. Selama Palestina belum dikuasai sepenuhnya oleh zionis, maka selama itu pula mereka akan lakukan gerkan pembersihan etnis di tanah suci.Â
3. Bagi mereka, "tak ada maknanya Palestina jika tak merebut Jerusalem. Dan tak ada artinya Jerusalem kalau tidak membangun kuil."
Frasa ini adalah keyakinan yang sudah ada sejak zionis bahkan belum sampai ke Palestina.
Mereka menganggap bahwa penaklukan Palestina harus satu paket dengan hancurnya Masjid Al Aqsha dan terbangunnya Kuil Sulaiman untuk mereka jadikan tempat peribadatan.
Menurut pembahasan Yahudi dan Keyahudian, frasa itu disampaikan juga oleh David Ben Gurion perdana menteri Israel yang pertama. Itulah yang membuat zionis begitu bernafsu untuk menguasai setiap jengkal Masjid Al Aqsha, menyerang dan membuat jama'ah shalat tak nyaman, mengusir peziarah dan memblokade pintu-pintu untuk masuk ke masjid Al Aqsha.
Selengkapnya di :
1. Silsilah Naqdhil Khitab Al Isra'ili, Mu'assasah Al Quds Ad Dauliyyah
2. Al Yahud Wal Yahudiyyah, Dr Ali Muhammad Al Muqbil.