Siapa yang tidak kenal Nussa dan Rara yang ceriwis dengan Anta si kucing hitamnya. Serial kartun Nussa Rara menjadi favorit anak-anak saat ini. Bahkan anak-anak yang menonton episode demi episode dan diulang-ulang sampai hafal dialognya.
Nussa Rara adalah sebuah serial animasi Indonesia yang diproduksi oleh studio animasi Little Giantz dan 4Stripe Production. Yuk kita intip dakwah dari Nussa dan Rara!
Dakwah merupakan suatu usaha untuk mengajak, menyeru, dan mempengaruhi manusia agar selalu berpegang pada ajarah Allah. Agar tujuan dakwah dapat tercapai semaksimal mungkin, maka salah satu hal yang perlu diperhatikan yaitu pemenilihan media. Untuk mendapatkan terobosan baru dalam berdakwah, salah satu alternatif yang cukup efektif adalah melalui serial kartun. Salah satunya yaitu serial Nussa dan Rasa yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko.
Banyak film animasi yang menampilkan adegan perkelahian, kekerasan, yang berdampak pada proses peniruan. Namun lain halnya dengan serial Nussa Rara, tidak hanya menawarkan hiburan saja, tetapi juga memberikan pelajaran dan pesan moral, agama, etika, dan budaya. Tentunya serial Nussa Rara dapat dijadikan sebagai penyampaian pesan dakwah.
Namun, mulai 1 Januari 2021 sudah tidak lagi tayang setelah bertahan melewati banyak kendala. Kabar ini disampaikan melalui akun Instagram Felix Siauw. Nussa Rara berhenti tayang karena berdampak pandemi covid-19.
Ustadz Felix juga menjelaskan bagaimana pandangan negatif orang-orang terhadap kartun islami Nussa Rara. Menurutnya, serial Nussa Rara kerap dituding sebagai konten radikal dan intoleran.Â
Felix mengatakan, "Di Indonesia, enggak semua yang baik, apalagi Islami bisa diapresiasi, bahkan film Nussa Rara terus difitnah sebagai konten radikal dan intoleran". Katanya menjelaskan
Ustadz Felix berharap agar film Nussa Rara dapat memberikan pelajaran positif untuk para pemirsa yang menontonnya.
Film ini dianggap radikal dan intoleran dari sisi yang mana? Bukankah apa yang disampaikan dalam film tersebut adalah kewajiban sebagai seorang muslim? Mengajarkan doa sehari-hari, akhlak terhadap orang tua, mengajarkan menutup aurat sejak dini, dan lain-lain.Â
Apakah ini yang dinamakan radikal dan intoleran? Logikanya di mana ketika mengajarkan akhlak, doa-doa, menutup aurat sejak dini dianggap radikal? Bukankah kerudung dan jilbab merupakan bagian dari penerapan syariat Islam? Bukankah sejak dini memang harus selalu diajarkan agama? Bukankah kita selalu mendoakan anak kita agar saleh dan salihah?