Mohon tunggu...
sitinurkhasanah
sitinurkhasanah Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswa Unpam

Menyukai hal hal non fiksi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Budaya Konsumtif di Era Digital: Tren atau Ancaman?

19 Desember 2024   17:03 Diperbarui: 19 Desember 2024   17:03 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era digital telah membawa kemudahan luar biasa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan satu sentuhan layar, kita bisa memesan makanan, membeli pakaian, hingga memesan liburan. Namun, di balik kenyamanan ini, budaya konsumtif yang semakin meningkat menjadi perhatian. Apakah fenomena ini sekadar tren, atau justru ancaman bagi masyarakat dan lingkungan?

Kemudahan yang Memicu Perilaku Konsumtif
E-commerce dan media sosial memudahkan masyarakat mengakses berbagai produk dan layanan. Iklan yang dipersonalisasi berdasarkan data pengguna membuat konsumen merasa "butuh" sesuatu yang sebenarnya tidak mendesak. Flash sale, promo diskon, dan kemudahan pembayaran cicilan semakin memperkuat pola konsumsi impulsif.

Kebiasaan ini diperparah oleh tren gaya hidup yang sering kali didorong oleh konten di media sosial. Influencer memamerkan produk terbaru, menciptakan tekanan sosial untuk selalu mengikuti tren agar merasa "terkait" dengan komunitas digital.

Dampak Buruk Budaya Konsumtif
Budaya konsumtif membawa dampak jangka panjang yang serius. Secara ekonomi, konsumsi yang berlebihan dapat memicu perilaku boros dan hutang. Secara sosial, ia menciptakan kesenjangan, di mana masyarakat cenderung menilai seseorang berdasarkan kepemilikan material daripada nilai-nilai yang lebih mendalam.

Dampak lingkungan juga tidak dapat diabaikan. Produksi massal barang memicu eksploitasi sumber daya alam, limbah elektronik, dan peningkatan emisi karbon. Fenomena fast fashion, misalnya, telah menjadi salah satu kontributor utama limbah tekstil dunia.

Menciptakan Pola Konsumsi yang Bijak
Penting bagi kita untuk menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan adalah dua hal yang berbeda. Masyarakat perlu belajar memprioritaskan kualitas daripada kuantitas, serta mendukung merek atau bisnis yang berkomitmen pada keberlanjutan.

Di sisi lain, pemerintah dan pelaku industri juga harus bertanggung jawab. Regulasi tentang produksi yang ramah lingkungan, pengelolaan limbah, dan edukasi masyarakat mengenai konsumsi yang bijak perlu diperkuat.

Budaya konsumtif di era digital bukanlah hal yang tak terhindarkan. Dengan kesadaran kolektif, kita bisa mengubah tren ini menjadi peluang untuk membangun masyarakat yang lebih bijaksana dalam konsumsi dan lebih peduli pada keberlanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun