Memperingati HUT ke-259 Kota Yogyakarta, Dinas Pengelolaan Pasar (Dinlopas) Kota Yogyakarta kembali menyelenggarakan Kirab Pedagang Pasar Tradisional(Grebeg Pasar) Kota Yogyakarta 2015.
Kirab Pedagang pasar tradisional Yogyakarta, Minggu, (04/10) sore mulai pukul 14.00 WIB-18.00 WIB. menjadi pusat perhatian warga kota Yogyakarta dan juga wisatawan yang sedang berada di kota Yogyakarta. Pasalnya, para pedagang dari 56 paguyuban pedagang pasar yang tersebar di 31 pasar tradisional di Yogyakarta itu menampilkan atraksi ciri khas mereka. Pasar Telo Yogyakarta misalnya, menampilkan gunungan yang tersusun dari macam-macam jenis ubi yang menjadi ciri pasar tersebut. Begitu pula, pasar Terban Yoyakarta. Para pedagang ini menyisihkan 100 ekor ayam jenis Jawa super, 60 ekor dipotong dan dibuatkan daging siap santap dan 40 ekor lainnya dibagikan kepada para pengunjung.
Kirab pedagang pasar yang mengambil start di pasar Beringharjo dan finish di pasar Ngasem Yogyakarta diberangkatkan oleh Walikota Yogyakarta H. Haryadi Suyuti. Haryadi Suyuti pun ikut dalam barisan kirab dan berjalan kaki dari Beringharjo hingga Pasar Ngasem. Sepanjang rute prosesi para peserta kirab memberikan atraksi dengan melakukan 'perform' di beberapa titik jalan. Masyarakat terlihat antusias menonton dan memberikan apresiasi positip dengan memberikan tepuk tangan dan berfoto dengan peserta kirab.
Jalur prosesi kirab meliputi pasar Beringharjo, jalan Pabringan, jalan Margo Mulyo, Titik Nol Km, Jl. Ahmad Dahlan, Jalan Ngasem, dan berakhir di pasar Ngasem. Untuk kirab kali ini para pedagang telah menyiapkan 20 buah gunungan yang menggambarkan ciri khas masing-masing pasar. Gunungan ini diperebutkan oleh pengunjung di jalan Polowijan atau depan pasar Ngasem.
Walikota Yogyakarta H. Haryadi Suyuti mengajak masyarakat Kota Yogyakarta untuk mencintai pasar tradisional. Dirinya juga berharap warga masyarakat menjadikan belanja di pasar tradisional sebagai sebuah gaya hidup, terutama mewujudkan pasar tradisional sebagai pusat perbelanjaan. “Mari belanja ke pasar tradisional. Jadikan itu sebagai gaya hidup kita, “ ajak Walikota.
Walikota menargetkan akan merealisasikan pasar tradisional sebagai pasar wisata. Dikatatan pihak Pemkot Jogja akan memfasilitasi para pedagang dan berharap pedagang terus melakukan pembenahan dengan menonjolkan kearifan lokal yang ada di masing-masing pasarnya. Menurut Walikota berbelanja di pasar tradsional di kota Yogyakarta sama saja dengan belanja di pasar moderen. Bahkan berbelanja di pasar tradisional memiliki kelebihan yakni bisa melakukan tawar menawar.
Walikota mengatakan kedepan akan pasar tradisional itu akan dikembangkan dan lebih ditingkatkan kualitasnya terutama pada penyelenggaraan ekonominya. "Pasar tradisional itu sudah ada. Sudah eksis. Marilah kita semangat untuk menunjukkan kecintaan kita yang konkrit kepada pasar tradisional dengan satu satu kata. Ayo, belanja di pasar tradisional kota Yogyakarta," ajak Walikota. Walikota menegaskan bahwa fakta telah membuktikan pasar tradisional telah bersaing dengan pasar moderen (swalayan dan super market) yakni denganmeningkatnya jumlah pembeli yang datang ke pasar tradisional.
Sementara itu, ketua paguyuban pasar tradisional Kota Yogyakarta Margono menambahkan dari 31 pasar yang ada di kota Yogyakarta ada 7
pasar telah memiliki ciri dan karakter tersendiri. Ketujuh pasar itu adalah pasar Terban dengan ciri khasnya ayam, pasar klitikan dengan barang bekas, pasar Tunjungan dengan sepeda, pasar Telo dengan beragam ubi-ubian, pasar Giwangan dengan sayur dan buah, pasar Satwa dan Tanaman Hias (Pasthy) dengan tanaman hias dan hewan dan pasar Beringharjo dengan segala macam konveksinya. Semua itu dapat memperkuat ciri pasar tradisional yang ada di Kota Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H