Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan yang signifikan dalam kasus mental illness di kalangan remaja. Seperti depresi, kecemasan, gangguan makan, hingga masalah identitas diri saat ini menjadi hal yang sering dibicarakan. Fenomena ini tentunya menjadi perhatian serius, karena masa remaja seharusnya menjadi periode pembentukan karakter dan penemuan jati diri, akan tetapi kini justru diwarnai dengan berbagai tantangan kesehatan mental. Terdapat berbagai faktor yang memicu tingginya angka mental illness di kalangan remaja, Â yaitu sebagai berikut :
1. Tekanan sosial
Tekanan sosial merupakan salah satu faktor terbesar yang memicu tingginya mental illness, tekanan tersebut terutama yang datang dari media sosial. Di era digital seperti saat  ini, remaja hidup dalam dunia yang penuh dengan perbandingan. Setiap unggahan di media sosial bisa mempengaruhi persepsi diri mereka, seperti menciptakan standar kecantikan, popularitas, dan kesuksesan yang tidak realistis. Banyak remaja yang merasa tertekan untuk tampil sempurna di dunia maya, yang akhirnya berujung pada perasaan tidak cukup baik atau tidak berharga.
2. Tekanan Akademik
Tekanan akademis juga menjadi penyumbang utama . Tuntutan akademik yang tinggi, mulai dari tugas sekolah yang menumpuk hingga tekanan untuk meraih prestasi terbaik, sering kali membuat remaja merasa terbebani. Kecemasan akan masa depan, kegagalan, dan ekspektasi orang tua maupun lingkungan membuat banyak remaja merasa tertekan. Sistem pendidikan yang kompetitif dan tuntutan untuk selalu berprestasi membuat mereka kehilangan waktu, untuk menikmati masa remaja yang seharusnya penuh dengan eksplorasi dan pengalaman hidup.
3. Perubahan Hormonal dan emosional
Tidak semua penyebab mental illness di kalangan remaja bersumber dari faktor eksternal. Ada juga faktor internal seperti perubahan hormonal yang terjadi pada masa pubertas. Perubahan emosional yang tak terhindarkan ini sering kali membuat remaja merasa bingung dengan perasaan mereka sendiri, bahkan terkadang mereka tidak tahu bagaimana cara mengatasinya.Â
Masa remaja adalah fase transisi di mana terjadi perubahan fisik dan emosional yang signifikan. Ketidakseimbangan hormonal ini dapat mempengaruhi stabilitas mental remaja, membuat mereka lebih rentan terhadap gangguan seperti depresi, kecemasan, hingga gangguan bipolar.
Dampak dari mental illness yang tidak diatasi dengan baik bisa menjadi permasalahan yang serius. Remaja yang menderita depresi atau kecemasan, berisiko mengalami penurunan prestasi akademis, masalah dalam hubungan sosial, serta dalam kasus yang lebih parah, bisa mengarah pada perilaku merusak diri sendiri, Â atau bahkan memiliki pikiran untuk bunuh diri.
Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk lebih peka terhadap tanda-tanda mental illness pada remaja. Mereka membutuhkan ruang yang aman untuk mengekspresikan perasaan, tanpa takut dihakimi. Dukungan emosional, akses ke konseling, serta pendidikan tentang pentingnya menjaga kesehatan mental, harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari remaja. Masa remaja adalah masa terpenting dalam pembentukan identitas, sehingga kepedulian terhadap kesehatan mental merupakan hal  utama yang tidak boleh diabaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H