Langit Jingga, 05 Juni
"tunggulah disini... hingga waktu itu hadir kembali. Sampai mentari kembali terbit, ketika pelangi  menyunggingkan lagi wajah segarnya..."
Kata-kata itu masih segar dalam ingatanku. Bagaimana mungkin aku lupa? sedangkan aku-lah yang menantikan akan hadirnya kata-kata itu dari lisannya. Lama, aku menghayati rangkaian kata abu-abu itu. Menatap singkatnya waktu, menghidupkan lagi alur mundur sebuah cerita.
Hari ini aku punya janji dengannya. Mentari, kalau kau kembali hari ini, tentulah aku pun akan segera keluar dari naungan ini. Menyaksikan kehangatan yang hadir, juga pancaran pelangi yang ada usai rintik hujan. Ku tunggu pelangi, karena dia. Aku percaya janjinya, bahwa ia ‘kan kembali bersama pelangi.
Sepanjang hari ini, mendung merundung. Tampaknya hujan akan turun. Dugaanku benar, sedetik kemudian hujan mengepung tanpa ampun. Membasahi apapun yang ada didekatnya, termasuk sesosok manusia ditengah padang ilalang ini, yaitu aku. Biarlah hujan ini membasahiku, asalkan aku dapat melihat senyum bahagianya nanti.
Ah, sepi sekali. Hanya terdengar rintik-rintik berirama. Kuputuskan untuk menggubah kata…
Rasa yang menelisik panjang
Memaksa rindu untuk berpendar
Bergelung pada harapan gantung…
Aku disini sendiri
Bukan menyepi