Di tengah era yang semakin kompleks ini, pemahaman akan konsep diri menjadi kunci penting dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Bagaimana seseorang memandang dan menilai dirinya sendiri dapat menentukan kesuksesan dalam menjalani berbagai aspek kehidupan, mulai dari akademik hingga sosial. Kisah Husna remaja berusia 17 tahun yang saat ini menyenyam pendidikan di SMA Â Kharisma Bangsa , seorang remaja dengan perjalanan unik dalam memahami dirinya, memberi kita gambaran menarik tentang bagaimana konsep diri positif dan negatif dapat membentuk kepribadian seseorang. Mari kita simak lebih dalam bagaimana perpaduan antara konsep diri positif dan negatif dapat membentuk kepribadian yang tangguh.
KONSEP DIRI POSITIF
Husna seseorang yang mempunyai kemauan kuat, pekerja keras, tekun, dan tangguh, serta punya kemampuan mengontrol diri, mampu memprioritaskan hal-hal penting dalam hidupnya. Meskipun demikian, ketika menghadapi tantangan ia mengesampingkan fokus terhadap detail lingkungan sekitar. Secara sosial, ia merasa diterima dan dihargai oleh guru dan teman-teman. Strategi komunikasinya cenderung selektif, berkomunikasi secukupnya dengan orang-orang yang kurang perlu guna meminimalisir potensi konflik. Ketika menghadapi kegagalan, ia memiliki pendekatan optimistis yang unik. Ia yakin bahwa kegigihan akan membuka jalan menuju tujuan, sehingga selalu memahami dan percaya pada proses.
Optimis dalam dirinya tumbuh dari konsistensi mencapai tujuan-tujuan kecil dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menyelesaikan masalah, ia berpandangan bahwa amarah tidak akan menyelesaikan apa pun, bahkan berpotensi memperburuk situasi. Oleh karena itu, ia memilih untuk menarik diri sejenak, menenangkan diri, dan kemudian secara sistematis mencari akar permasalahan serta solusi yang tepat. Prispip dalam dirinya yang unik adalah tidak terpaku pada kekurangan, namun juga tidak mengabaikannya. Ia berusaha bersikap seimbang, lebih fokus pada potensi diri untuk meraih kesuksesan, dengan menerima baik kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki.
KONSEP DIRI NEGATIF
Dirinya selalu merasa didukung oleh keluarga, guru, dan teman-teman sekolah, baik saat meraih pencapaian maupun dalam keadaan sedih. Dia fokus pada orang-orang yang tulus dan mengabaikan pengaruh negatif dari lingkungan sekitarnya. Meskipun kurang persiapan dalam menghadapi ujian sekolah pernah membuatnya tidak percaya diri, dia mampu mengatasinya dengan tidak tenggelam dalam ketakutan, melainkan terus berupaya mengerjakan tugas semampunya agar tetap produktif.
Ketika mendapatkan nilai buruk dalam ujian, dia memang sempat menangis, namun segera menanamkan pikiran bahwa tujuan hidup adalah menjalani proses, bukan sekadar mencapai hasil. Terhadap kritikan dari guru atau orang-orang di sekitarnya, dia selalu bersikap kritis. Dia mencerna terlebih dahulu kritikannya, menilai kebenarannya, dan apabila bersifat membangun, dia akan berusaha menerima dan memperbaiki diri. Dalam menjalani hidup, dia selalu mendiskusikan setiap keputusan dengan orang tua dan mendapatkan restunya. Hal ini dimungkinkan karena pola pengasuhan orang tuanya yang demokratis sehingga memberikan kebebasan kepada anak namun tetap dalam pengawasan yang bijak.
Melalui pengalaman Husna, kita bisa melihat bagaimana dukungan sosial, strategi komunikasi yang tepat, dan pendekatan optimistis dapat membantu seseorang mengembangkan konsep diri yang sehat dan seimbang. Kisah ini tidak hanya memberikan inspirasi, tetapi juga pembelajaran berharga tentang bagaimana menyikapi kegagalan, menghadapi kritik, dan membangun hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H