Mohon tunggu...
sitinurafifah
sitinurafifah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Semarang. Pendidikan terakhir penulis yaitu SMA N 3 SLAWI.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kasus Bullying di sekolah: Mengapa Kita Harus Peduli dan Bertindak?

13 Desember 2024   11:26 Diperbarui: 13 Desember 2024   11:54 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bullying adalah suatu pola perilaku, bukan hanya kejadian sesekali. Anak-anak yang melakukan intimidasi sering kali berada pada posisi dengan status sosial atau kekuasaan yang lebih tinggi, seperti lebih tua, lebih kuat, atau populer, dan mungkin menyalahgunakan posisi tersebut. Bisa juga dilakukan oleh sekelompok orang yang sengaja melakukan intimidasi.

Terkadang orang lain menganggapi (pelaku) yang melakukan candaan (diluar batas) itu biasa saja, padahal candaan yang sudah kelewatan itu sudah termasuk dengan Bulliying. Seperti kasus yang sedang diperbincangkan sekarang, diduga mengalami bullying di sekolah yang dilakukan oleh kakak kelasnya di toilet.

Dugaan Bullying yang terjadi

Dugaan polisi mengenai korban Bullying yang terjadi pada saat jam Sekolah "Jam sekolah ya. Kalau menurut keterangan dari orang tua, anak yang di bawah umur itu (perundungan) terjadi pada tanggal 28 Desember, kemudian jam 12.00 kurang lebih, kemudian itu terjadi di toilet sekolah dan itu masih didalami yang pasti," ujar Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan AKP Nurma Dewi kepada wartawan di kantornya, Jakarta Selatan, Kamis (12/12/2024).

Pada hasil pernyataan yang diterima kepolisian bahwa korban ABF mengalami bullying di dalam toilet sekolah saat jam sekolah berlangsung. Awalnya, ABF, yang masih di kelas satu, dipanggil oleh teman seangkatannya untuk menuju toilet di lantai dua sekolah. setibanya di dalam toilet, tangan ABF ditarik oleh seorang senior yang duduk di kelas tiga berinisial F. Keduanya kemudian terlibat cekcok di dalam toilet, hingga F, yang diduga tersulut emosi, memukul tubuh ABF hingga membuatnya terjatuh.

Kasus ini masih ditindak lanjuti oleh kepolisian dan masih mendalami kasus tersebut.  Dalam waktu dekat, polisi berencana melakukan penyelidikan terhadap korban dan terlapor. Dan nantinya tanggal 18 Desember dari penyidik PPA Polres Metro Jakarta Selatan sudah memberikan surat undangan klarifikasi untuk terlapor dan korban.

Di zaman sekarang teknologi sudah canggih mudah diakses, akan tetapi ada beberapa kejadian bullying dan korban tidak berani untuk speak up ke public atau bercerita kepada orang tua. Namun dalam kasus ini orang tua korban yang mengetahui kejadian yang dialami oleh anaknya langsung melapor kepada pihak polisi untuk melaporkan pelaku yang sudah membully anaknya. Dalam hal ini yang dilakukan oleh orang tua korban tepat karena jika tidak ditindak lanjuti takut nantinya akan terjadi korban selanjutnya.  Terkadang orang lain masih banyak yang menganggap bahwa pembullyan di sekolah itu di wajarkan, padahal itu merupakan perilaku yang tidak seharusnya dibiarkan karena menyangkut mental seseorang.

Ilustrasi bullying.(SHUTTERSTOCK)
Ilustrasi bullying.(SHUTTERSTOCK)

Peran sekolah dalam kaitannya dengan Bullying

Sekolah mempunyai peran besar dalam menyelesaikan masalah ini. Pendidikan tentang pentingnya empati, toleransi dan menghargai perbedaan hendaknya dimasukkan dalam kurikulum. Sekolah harus menyediakan saluran komunikasi yang aman bagi siswa untuk melaporkan penindasan tanpa rasa takut akan tindakan pembalasan.

Kasus bully yang terjadi ini sangat disayangkan karena yang seharusnya dalam lingkungan sekolah itu untuk belajar mencari ilmu, akan tetapi disini sekolah dijadikan ajang berunjuk diri untuk merasa hebat. Dalam kasus ini yang menimbulkan korban terdapat luka dan tentunya mengalami trauma dalam mentalnya. Sekolah harus memiliki kebijakan anti-intimidasi yang jelas dan konsisten. Kebijakan ini harus mencakup prosedur pelaporan, investigasi, dan sanksi bagi pelaku. Dengan adanya kebijakan yang kuat, siswa merasa lebih aman ketika melaporkan kejadian Bullying. Sebaiknya juga sekolah harus secara teratur memantau dan mengevaluasi efektivitas program anti-intimidasi yang mereka terapkan.

Cyberbullying: Tantangan di Era Digital

Di era digital, bullying tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah secara langsung tetapi juga di Internet. Cyberbullying telah menjadi masalah yang tersebar luas dan diperlukan pendekatan yang lebih canggih untuk mengatasinya. Sekolah harus bekerja sama dengan orang tua dan masyarakat untuk mendidik anak-anak tentang etika digital dan bagaimana perilaku mereka memengaruhi media sosial. Penting bagi sekolah untuk mengintregasikan pelajaran mengenai teknologi agar siswa bisa memahami serta bertanggung jawab terhadap perilaku yang dilakukan melalui teknologi. Sebab kasus bullying juga sering terjadi bukan hanya melalui interaksi langsung akan tetapi melalui media sosial yang digunakan karena mencakup luas.

Dukungan psikologi juga penting bagi korban cyberbullying agar mereka merasa didengarkan dan mempunyai kesempatan untuk menceritakan pengalamannya. Dengan kolaborasi yang kuat antara sekolah, orang tua, dan komunitas, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman di dunia nyata dan digital, serta mengurangi segala bentuk perundungan.

Tanggung Jawab Bersama

Sebagai masyarakat, kita harus bersatu untuk melawan adanya Bullying. Setiap siswa berhak mendapatkan pendidikan di lingkungan yang aman dan mendukung. Dengan kita saling menjaga, bekerja sama kita dapat menciptakan perubahan positif dan memastikan tidak ada anak yang merasa terasing atau tertekan di sekolah. Kita semua harus bertindak sebagai agen perubahan, saling mendukung saat kita mengatasi permasalahan yang mengganggu pendidikan. Hal ini termasuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya empati dan toleransi, serta menyediakan cara untuk melaporkan dan menangani bullying dengan cepat.

Adanya dukungan dari orang tua, guru di sekolah dan siswa yang lain untuk bisa saling menjaga dan penting untuk membangun budaya di lingkungan sekolah menjadi positif. Mari kita bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif dimana semua anak dapat belajar dan tumbuh tanpa rasa takut. Kita bisa menjadikan sekolah tempat yang lebih baik bagi semua orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun