Ketika kecil ditanya cita-cita spontan menjawab pengen jadi dokter, guru, arsitek, polisi dan sebagainya. Tergambar dalam benak anak-anak, kala itu banyak sekali waktu yang tersalurkan untuk berangan-angan bahkan sampai cosplay  menjadi seorang guru dengan menyiapkan papan tulis beserta spidol dan penghapusnya, berani berbicara didepan teman-teman sepermainannya. Sungguh kenangan yang tak terlupakan, tertawa bahagia bersamanya, buku diary yang sering mengukir ceritanya. Fase yang dimana penuh warna melalui kebahagiaan yang senantiasa ditampakkan lewat senyum lebarnya semua menjadi bagian proses kehidupannya.
Berproses adalah rangkaian perjalanan melewati berbagai fase kehidupan. Tentunya dibalik proses itu tidak mudah, terkadang ada hambatan yang membuat kita menyerah. Namun, satu hal yang perlu diingat bahwa hambatan itu hanya bagian dari kerikilnya, mungkin masalah yang kita anggap besar itu ada orang yang di luar sana jauh lebih berat daripada masalah besar yang kita hadapi. Mereka yang sangat sulit menghadapi tantangan zaman, Â jalanan dijadikan sebagai tempatnya beristirahat, walaupun hujan yang deras mengguyurnya. Itulah kehidupan ada proses yang perlu kita jalani dan perlu kesiapan diri untuk terus tegap walaupun badai kehidupan mencoba menerjangnya, melalui ilmu proses itu akan lebih mudah dilalui dan bijak dalam menghadapi.
Setiap lukanya, akan menemukan obatnya
Setiap dukanya, akan menemukan sukanya
Setiap rintangannya, akan menemukan kemudahannyaÂ
Oleh karena itu, pemenangnya dia yang sanggup menghadapinya bukan malah lari apalagi sampai mundur di tengah-tengah badai rintangan. Selain itu, dalam berproses juga memerlukan interaksi. Kita tidak bisa berproses sendiri, walau bagaimana pun perlu ada komunikasi yang dibangun antara sesama.Â
"Jika tidak bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain, setidaknya jadilah manusia yang tidak merugikan orang lain." Ungkapan bijak dari seorang filsuf Yunani  ahli dalam bidang kedokteran, mengajarkan arti seni memaknai hidup bahwasannya interaksi sosial sepatutnya menjadi fasilitas menebar kebermanfaatan. Allah menciptakan manusia yang berbeda suku, agama, ras dsb. tujuan nya agar saling mengenal satu sama lain. Maka ilmu pengetahuan bisa menjadi sarana saling mengenal, membuka cakrawala dunia yang sebelumnya tidak diketahuinya.Â
Allah yang memberikan ilmu pengetahuan pada setiap manusia sebagai nutrisi bagi akal manusia, nutrisi itu menjadi asupan yang bergizi akan tumbuh kembangnya menjadi manusia yang bermanfaat. Ilmu pengetahuan yang Allah titipkan menjadi fasilitas manusia dalam memperoleh pahala jariyah, tentunya tolak ukur yang utama adalah ridho lillahi ta'ala. Apalah arti ilmu pengetahuan yang tinggi, namun tak memberi kebermanfaatan bagi dirinya maupun orang lain. Sebagaimana pepatah arab mengatakan "Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tak berbuah."  Nabi Muhammad Saw bersabda; "Sebaik-baik manusia adalah ia yang bermanfaat bagi manusia lain." ini menjadi stimulus bagi kita akan tanggung jawab manusia sebagai khalifah fil ardh (pemimpin atau pemelihara di bumi) yang mampu memimpin serta berkontribusi dalam setiap kebaikan. Manusia yang Allah titipkan tanggung jawab kepadanya, menjadi kontribusinya untuk kemaslahatan.Â
Samudera Ilmu pengetahuan itulah yang menjadi tugas khalifah fil ardh untuk menyelaminya. Teringat dalam sebuah hadits Nabi Saw; "Ulama pewaris para Nabi, bukan mewariskan dinar melainkan ilmu."Â
Itulah tugas sang pembelajar, terus menjelajah setiap jenjang kehidupan bukan untuk sekedar mengejar dunia akan tetapi akhirat pun menjadi orientasi kehidupannya. Itulah ilmu pengetahuan bagaikan nur bagi seseorang yang betul-betul serius menyelaminya, ibaratnya sedalam-dalamnya luas samudera, dipastikan akan banyak menemukan sesuatu yang baru & belum tentu orang mengetahuinya. Sedalamnya ilmu pengetahuan yang kita jelajahi akan semakin menyadarkan posisi kita sebagai manusia ini kecil sebagai makhluk-Nya, tidak ada apa-apa nya dibanding kebesaran Khaliq-Nya. Maka seriuslah dalam menjelajahi samudera itu sebagaimana yang disampaikan oleh Syekh Abdurrahman Ad-dakhil: "Jika dalam menuntut ilmu kau sibuk dengan urusan wanita, maka tidak akan menemukan manisnya ilmu pengetahuan."
Â