Dalam suasana Ramadan yang penuh berkah, setiap momen menjadi kesempatan emas untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan, termasuk dalam dunia pendidikan. Sebagai seorang yang aktif terlibat dalam dunia pendidikan, saya senantiasa mencari buku bacaan yang relevan untuk mengembangkan diri.
Hari ini, tema event Ramadan Bercerita mengingatkan saya pada satu buku yang masih menunggu untuk saya telaah, yaitu "Kiat Praktis Menulis Best Practice" karya pakar pendidikan terkemuka dari Jawa Barat yang juga Kompasianer, Bapak Idris Apandi. Anda tahu kan, dengan beliau?
Meskipun waktu terasa sempit dan kesibukan tak terelakkan, namun di bulan yang penuh berkah ini, saya ingin memanfaatkan setiap kesempatan untuk memahami isi buku ini. Dari sekilas pandang, buku ini menawarkan wawasan yang berharga tentang proses menulis praktis Best Practice, yang sangat relevan dengan dunia pendidikan.
Apa sih pengertian dari best practice itu? Dalam buku tersebut, Pak Idris Apandi menyimpulkan dari beberapa pendapat para pakar pendidikan. Yakni: Pengalaman terbaik atau atau kisah keberhasilan yang ditulis oleh pendidik dan tenaga kependidikan (guru, kepala sekolah, atau pengawas) untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya di lapangan secara kreatif, inovatif, praktis, memiliki nilai kebaruan dalam yang berdampak terhadap meningkatnya mutu layanan pendidikan yang diberikannya kepada pelanggan. [Idris Apandi, Kiat Praktis Menulis Best Practice Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Desember 2018]
Saya tidak akan mengulas banyak tentang isi buku ini karena memang masih sekilas membacanya, tapi ada salah satu aspek yang paling menarik dari buku ini adalah penekanan pada proses menulis best practice, yang pada dasarnya merujuk pada penyusunan best practice yang berkualitas. Buku ini menyoroti empat prinsip utama dengan menggunakan akronim APIK yang membimbing proses penulisan best practice yang efektif dan berdaya guna.
Penjelasannya sebagai berikut:
1. Asli (A): Prinsip ini mengajarkan kita untuk membuat best practice yang benar-benar otentik, bukan sekadar meniru atau mengambil dari sumber lain. Dalam konteks pendidikan, best practice yang asli adalah hasil dari pengalaman dan pemahaman personal, yang kemudian diolah menjadi panduan yang berguna bagi rekan-rekan seprofesi.
2. Perlu (P): Best practice yang kita susun haruslah relevan dan memenuhi kebutuhan yang mendesak dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan. Ini menuntut kita untuk memahami dengan jelas tantangan dan permasalahan yang dihadapi oleh para pendidik, serta mencari solusi yang efektif dan berkelanjutan.
3. Ilmiah (I): Tulisan best practice haruslah didasarkan pada metodologi ilmiah yang kuat, dengan penggunaan data dan fakta yang akurat. Hal ini memastikan bahwa panduan yang disusun memiliki landasan yang kokoh dan dapat dipertanggungjawabkan secara intelektual.