Sejak kecil saya memang lumayan hobi memasak. Meskipun saat itu sekedar bantu-bantu ibu di dapur. Biasanya saya disuruh mengerjakan pekerjaan dapur atas arahan dari ibu.
Misalnya membersihkan sayuran, Â mengupas bawang merah, bawang putih dan membersihkan cabe rawit, mencuci sayuran dan bumbu sampai
menguleknya.
Ibu yang ngasih komando, sambil beliau mengerjakan part-part memasak yang sulit.
Sampai saya tumbuh menjadi seorang gadis, semakin bertambah kemampuan saya dalam memasak. Terutama bikin kue, baik kue kering maupun kue basah. Keingintahuan saya sangat besar. Ditambah kakak sepupu saya pandai bikin kue, jadinya saya semakin semangat belajar memasak.
Mulai dari bikin kue semprit, roti kacang, kue nastar, lapis kukus, wingko babat, roti gulung, roti kukus, bikang, aneka puding, kue lumpur pernah saya buat. Senang saja rasanya bikin kue seperti itu dan berhasil.
Hobi bikin kue ini mandek saat saya melanjutkan kuliah di luar kota, namun di kos-kosan saya tetap menyalurkan hobi memasak saya. Kalau ada teman yang malas masak sendiri dan menggantungkan makan dengan beli nasi bungkus di kedai makan, saya malah sebaliknya.
Tiap pagi sebelum berangkat kuliah, saya sudah masak nasi dan sayur meskipun hanya menu sederhana. Seperti oseng kangkung, sayur bening, sop atau hanya menggoreng pindang dan bikin sambal tomat.
Masak sendiri itu di samping lebih irit, lebih terjamin kebersihan dan kesehatannya, menambah pengalaman, juga lebih puas, kalau sayur dan lauknnya cocok, kan bisa nambah lagi. He he he
Sampai menikah dan punya anak, seperti ada tuntutan bahwa saya harus lebih rajin lagi memasak untuk suami dan anak-anak. Suami dan anak-anak lebih suka kalau dimasakkan sendiri. Beli sayuran dan lauk matang pernah juga sih, karena karena kesibukan dan kadang kecapekan.
Namun saya tahu, sebenarnya mereka lebih senang kalau makan masakan saya. Sampai sekarang anak saya yang sulung itu, saat menikmati masakan saya, selalu bilang: "Mantaaaap" terlihat semangat dan lahap makannya.
Meskipun saya masaknya hanya sederhana, misalnya Bobor Sawi ditemani sambal tomat dan tempe goreng, mereka sudah  senang dan sangat menikmati.
Saya sendiri saat selesai memasak, meskipun capek, tatkala melihat mereka makan dengan lahap, yang ada di hati hanya rasa senang, bangga dan bahagia.