Sekitar tahun 1995 Masjid ini didirikan. Dengan dana swadaya dari masyarakat sekitar. Dengan bangunan yang belum sempurna, asal berdiri dan sudah bisa digunakan masyarakat untuk shalat berjamaah. Pada waktu itu aku masih kuliah pada semester akhir di salah satu perguruan tinggi di Malang.Â
Setelah lulus aku kembali ke kampung halaman untuk mengabdikan diri. Adalah Pak Ahmad Zaini, yang menjadi salah Imam shalat dan ketua semua kegiatan keagamaan di kampungku, yaitu Dusun Koripan Desa Banggle Kecamatan Kanigoro Blitar.
Pada bulan september di tahun yang sama pula, Pak Ahmad Zaini mempunyai gagasan untuk mendirikan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) yang diberi nama Nidaul Islam. Dan akulah guru pertama yang diajak  mengajar di TPQ ini.
Masih ingat betul, kala itu aku dan Pak Ahmad Zaini mengajar baca tulis Al-Qur'an dan ilmu agama di dalam Masjid yang lantainya saja belum diplester halus, masih berupa rabatan kasar dan belum punya serambi.
Namun semangat kami begitu menggelora untuk mengajar. Pertama kali ada sekitar 10 an santri yang mengaji. Jam mengajar kami bagi secara bergiliran. Meskipun masih awal, para santri juga bersemangat mengikuti pelajaran.
Lambat laun Masjid Darul Huda semakin bagus bangunannya dan TPQ Nidaul Islam semakin berkembang. Santripun semakin banyak pula, sehingga kami berdua kuwalahan.
Merasa perlu menambah tenaga pengajar, maka Pak Zainipun mencari tenaga-tenaga muda untuk diajak bergabung dan berjuang di TPQ. Ada 6 kelas dalam 6 kategori, mulai jilid pemula sampai Al-Qur'an, berarti ada 6 guru pengajar pula.
Baru pada sekitar tahun 2006, gedung TPQ bisa didirikan, lokasinyapun bersebelahan dengan masjid, yaitu tepat di utara masjid. Mulai saat itulah pembelajaran pindah ke gedung yang sudah permanen.
Dan pada saat pindah gedung itu aku sudah membangun rumah sendiri yang lokasinya agak jauh dan aku sudah tidak mengajar lagi di TPQ.
Dengan berbagai pertimbangan yang antara lain, pada tahun 2003 aku diterima sebagai tenaga guru Bantu Sementara (GBS) di sebuah Sekolah Dasar Negeri yang sangat jauh jarak tempuhnya, 27 kilo meter harus kutempuh, ternyata capek juga. Dan aku harus mengurus anak pula. Maka aku putuskan untuk berhenti mengajar di TPQ.