Dalam tataran sintaktik yanglebih tepatnya secara struktural, konsep laba dijelaskan dalam prosedur akuntansi sebagai hasil dari pembanding (matching) antara penghasilan dan beban. Konsep ini telah disederhanakan dalam bentuk praktik akuntansi yang terstandar dan objektif, sehingga memungkinkan angka laba  diukur dan ditampilkan dalam laporan keuangan. Laba dicatat sebagai selisih antara pendapatan dan beban. Hal ini berkaitan secara kognisi para penggunanya yang membaca atau mendengar kata "laba" secara otomatis menyandingkan penghasilan dengan beban sebagai aspek dalam perhitungan laba.
Konsep Laba dalam Tataran Pragmatik
Teori akuntansi yang berkaitan dengan laba dalam tataran pragmatik membahas apakah informasi laba berguna atau benar-benar digunakan. Dengan begitu banyak pengguna laporan keuangan dengan kepentingan yang berbeda, ada berbagai  cara untuk mencari berbagai manfaat laba tersebut. Ini termasuk menanyakan pengguna secara langsung, mengidentifikasi penggunaan aktual informasi laba, dan mengukur reaksi pasar modal terhadap pengumuman laba selama periode tertentu.
Persepsi pengguna mengenai kebermanfaatan informasi laba dalan tataran pragmatik tersebut berlandaskan pada penafsiran  pengguna atas laba akuntansi pada tataran sintaktik maupun semantik. Berdasarkan  realitas yang ada, laba akuntansi memiliki manfaat menjadi sebuah indikator kesuksesan suatu perusahaan dan pengendalian manajemen. Meskipun demikian, informasi selain laba akuntansi juga tetap memiliki  kebermanfaatan bagi investor atau stakeholder lainnya dalam menilai keberhasilan perusahaan.
Referensi:
Rochayatun, S., Andriyani, F. 2018. Laba: Ketidakstabilan Makna. JEAM Vol. 17 No.2. ISSN: 1412-5366.
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi. Yogyakarta: BPDE Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H