Pada tahun 2023-2024, Surabaya, sebagai salah satu kota metropolitan terbesar di Indonesia, menghadapi berbagai masalah lingkungan yang semakin kompleks. Isu-isu utama yang muncul meliputi banjir, polusi udara, dan manajemen sampah yang belum optimal. Ketiga masalah ini telah berdampak signifikan terhadap kualitas hidup masyarakat serta mencerminkan tantangan besar dalam menjaga keberlanjutan lingkungan di kota ini.
1. Banjir Akibat Alih Fungsi Lahan
Banjir telah menjadi masalah tahunan di Surabaya, terutama di daerah Barat dan Timur. Menurut Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), salah satu penyebab utama banjir yang sering terjadi adalah alih fungsi ruang hijau menjadi kawasan perumahan dan komersial. Lahan resapan air, seperti sawah, waduk, dan mangrove, yang dahulu berfungsi sebagai penyangga air, telah berkurang drastis akibat pembangunan masif. Data WALHI menunjukkan bahwa lebih dari 30% lahan hijau di Surabaya telah beralih fungsi dalam dua dekade terakhir.
Akibatnya, curah hujan yang cukup tinggi di awal tahun 2024 memperparah genangan air di beberapa wilayah Surabaya, seperti di Simo Hilir Utara dan Kedungdoro. Meski pemerintah telah membangun rumah pompa dan memperbaiki drainase, WALHI menegaskan bahwa solusi ini hanya bersifat sementara jika tidak diiringi dengan penambahan ruang terbuka hijau. Pemerintah Kota Surabaya berkomitmen untuk mengatasi masalah ini dengan mengalokasikan anggaran yang lebih besar pada tahun 2024 guna mempercepat penanganan infrastruktur drainase.
2. Polusi Udara: Tantangan Transportasi dan Industri
Polusi udara juga menjadi perhatian utama di Surabaya. Meskipun Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) pada tahun 2023 masih berada di kategori "sedang" atau aman untuk dihirup, beberapa titik menunjukkan peningkatan kadar polusi terutama dari kendaraan bermotor dan aktivitas industri. Data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya pada Agustus 2023 mencatat bahwa tingkat polusi di jalan-jalan utama, seperti Jalan Ahmad Yani dan Jalan Mayjen Sungkono, mengalami lonjakan pada jam-jam sibuk. Kontribusi terbesar berasal dari emisi kendaraan bermotor yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya populasi kendaraan di kota ini.
Untuk mengatasi hal ini, Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan program penanaman pohon di beberapa area strategis dan melakukan uji emisi kendaraan secara berkala. Selain itu, upaya penghijauan di kota ini terus diperkuat untuk membantu menyerap polutan. Meski demikian, partisipasi masyarakat dalam mengurangi penggunaan kendaraan pribadi serta peningkatan transportasi umum yang lebih ramah lingkungan perlu terus didorong.
3. Manajemen Sampah: Sampah Tahun Baru dan Kesadaran Masyarakat
Masalah sampah di Surabaya masih menjadi perhatian serius, terutama saat perayaan besar. Pada perayaan tahun baru 2024, sampah yang terkumpul mencapai 15 ton, dengan mayoritas berasal dari sisa makanan dan bungkus minuman yang ditinggalkan di tempat-tempat umum, seperti Taman Surya, Jalan Tunjungan, dan Tugu Pahlawan. Meskipun pemerintah kota telah menyediakan tempat sampah di berbagai titik, kapasitasnya sering kali tidak mencukupi untuk menampung volume sampah yang besar.
Pada Februari 2024, sebanyak 334 warga Surabaya dikenai denda karena membuang sampah sembarangan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pemerintah telah mengeluarkan regulasi untuk menjaga kebersihan kota, kesadaran masyarakat masih perlu ditingkatkan. Kampanye kebersihan dan edukasi mengenai pentingnya manajemen sampah telah dilakukan oleh pemerintah, namun implementasi di lapangan masih menghadapi tantangan.
4. Dampak Suhu Panas dan Fenomena Cuaca Ekstrem