Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, meresmikan jembatan Antasan Pulau Bromo Mantuil yang terletak di wilayah Banjarmasin Selatan. Jembatan gantung ini membentang sepanjang 100 meter di atas sungai Martapura.
Jembatan yang dirancang dengan gaya "roller coaster" yang naik dan turun ini juga diresmikan sebagai kawasan ekowisata atau wisata berwawasan lingkungan. Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina, menyatakan bahwa jembatan ini telah menjadi impian warga Pulau Bromo selama 20 tahun untuk memiliki akses infrastruktur jalan darat.
A.ASPEK LINGKUNGAN
Pengadaan tanah untuk proyek pembangunan Jembatan Bromo telah dilaksanakan sesuai dengan KEPPRES No. 55 Tahun 1993. Dalam setiap proyek pembangunan infrastruktur, termasuk jembatan, pasti terdapat dampak terhadap lingkungan, baik positif maupun negatif.Oleh karena itu, sangat penting memastikan bahwa pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan dilaksanakan dengan pendekatan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan yang berwawasan lingkungan merupakan pembangunan yang baik dari sudut pandang ekologi atau lingkungan, menciptakan keharmonisan dengan alam (Mustika, S. 2006). Penerapan prinsip-prinsip ini akan membantu meminimalkan kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi dan memastikan bahwa manfaat dari pembangunan tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat tanpa mengorbankan kelestarian alam.
B.ASPEK SOSIAL EKONOMI
Pembangunan Jembatan Bromo diperkirakan akan meningkatkan tingkat mobilitas masyarakat secara signifikan. Dengan adanya jembatan ini, aksesibilitas antar wilayah menjadi lebih mudah dan cepat, yang pada gilirannya akan memperlancar arus lalu lintas dan mengurangi waktu tempuh. Selain itu, pembangunan Jembatan Bromo juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah sekitarnya. Pola ekonomi yang ada di wilayah tersebut akan semakin dinamis dengan meningkatnya aktivitas perdagangan dan jasa. Pertumbuhan permukiman dan pusat-pusat ekonomi baru diprediksi akan terjadi dengan pesat, menciptakan peluang baru bagi masyarakat setempat. Kondisi ini juga akan meningkatkan daya tarik bagi para investor untuk berinvestasi di kawasan ini, yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional.
C. ASPEK GEOGRAFI
Batas wilayah pada penelitian ini mencakup administrasi Pulau Bromo dan sebagian Kelurahan Mantuil. Pulau Bromo terletak di Kelurahan Mantuil, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin. Luas wilayah Pulau Bromo adalah 0,94 km atau 94 hektar (Barenlitbangda, 2020), sedangkan luas wilayah penelitian secara keseluruhan mencapai 115,82 hektar. Secara administratif, Pulau Bromo terbagi menjadi empat RT, yaitu RT 04, RT 05, RT 06, dan RT 07.
D.ANALISIS JALUR LALU LINTAS DAN TRANSPORTASI
Aksesibilitas menuju Pulau Bromo dapat dikategorikan cukup baik meskipun memiliki beberapa tantangan. Pulau Bromo dihubungkan dengan wilayah sekitarnya terutama melalui transportasi air, mengingat pulau ini dikelilingi oleh sungai. Kondisi demikian menyebabkan biaya transportasi menjadi cukup tinggi. Biaya operasional motor air yang digunakan untuk mengangkut penumpang dan barang memerlukan bahan bakar dan perawatan yang signifikan, yang berkontribusi pada mahalnya tarif transportasi. Selain itu, jarak tempuh menggunakan transportasi air biasanya lebih lama dibandingkan transportasi darat, yang juga menambah waktu perjalanan dan ketidaknyamanan bagi pengguna. Keterbatasan ini menyoroti pentingnya infrastruktur yang lebih efisien dan terjangkau untuk meningkatkan aksesibilitas dan mengurangi biaya transportasi bagi penduduk Pulau Bromo.
Dengan pembangunan jembatan Bromo yang menghubungkan pulau ini dengan daratan utama, diharapkan biaya transportasi dapat ditekan, waktu perjalanan dipersingkat, dan aksesibilitas meningkat, yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal dan kualitas hidup masyarakat setempat.
Pembangunan Jembatan Bromo memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat Pulau Bromo dan sekitarnya. Sebelumnya, penduduk setempat mengandalkan feri untuk menyeberang, yang memiliki biaya operasional tinggi dan waktu tempuh yang relatif lama. Dengan adanya jembatan ini, biaya transportasi dapat berkurang drastis, sementara waktu perjalanan menjadi lebih efisien dan nyaman.
Selain manfaat langsung bagi transportasi, jembatan ini juga berdampak pada peningkatan penghasilan masyarakat setempat. Akses yang lebih mudah dan cepat memungkinkan penduduk Pulau Bromo untuk lebih terlibat dalam kegiatan ekonomi di daratan utama, meningkatkan peluang kerja dan usaha. Pembangunan jembatan ini juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) melalui peningkatan pendapatan fiskal Pemerintah Daerah. Retribusi dan pajak daerah yang meningkat menjadi sumber pendapatan yang vital, mendukung pembangunan infrastruktur dan layanan publik yang lebih baik.Lebih jauh, peningkatan aksesibilitas dan aktivitas ekonomi juga berdampak positif pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dengan pendapatan yang lebih tinggi dan akses yang lebih baik ke layanan pendidikan, kesehatan, dan lainnya, kualitas hidup masyarakat dapat meningkat secara keseluruhan.Secara keseluruhan, Jembatan Antasan Bromo ini tidak hanya layak untuk dilalui tetapi juga sangat layak untuk dikembangkan lebih lanjut. Peningkatan infrastruktur ini merupakan investasi strategis yang membawa dampak jangka panjang bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, menciptakan keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan kualitas hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H