Mohon tunggu...
Siti Mugi Rahayu
Siti Mugi Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang guru yang tertarik pada pendidikan yang humanis.

Mengajar di SMA Al Muslim

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Film Indie Mengajarkan Karakter Baik

5 November 2012   09:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:57 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Film indie memang bagiannya para amatir. Dia terkonsep sederhana dan bisa dikerjakan siapa saja, yang penting mampu menyampaikan pesan. Setidaknya, itulah yang diyakini siswa saya ketika mereka melakukannya.

Awalnya, bibit-bibit kreatifitas siswa terlihat ketika mereka membuat film dokumenter di setiap akhir tahun. Yang mereka lakukan dari tahun ke tahun setiap angkatan adalah membuat film mini lewat candid camera dan melalui cuplikan rekaman berbagai kegiatan. Ada cukilan ketika mereka homestay di daerah-daerah, ada juga kelakuan-kelakuan konyol yang mereka rekam sendiri di sekolah. Tujuan mereka sederhana, menyajikan kenangan-kenangan indah selama SMA, baik itu kejadian yang lucu ataupun sedih.

Lewat film, ternyata banyak keterampilan yang mereka peroleh. Sebut saja, ketika saya menugaskan siswa dalam kelompok membuat film yang berhubungan dengan materi pembelajaran, siswa setidaknya akan :


  • ·Menguasai materi pelajaran, karena mereka harus membaca secara detail setiap bagian materi dan memasukkannya ke dalam skenario film. Untuk itu, karena mereka sudah SMA, saya berikan kepercayaan kepada mereka membuat skenario sendiri.

  • ·Membuat skenario dan memerankannya sendiri membuat ingatan siswa akan suatu peristiwa lebih lama melekat. Dengan demikian, membuat film indie semacam ini sebenarnya menjadi cara lain menghafalkan materi pelajaran.

  • ·Sangat kreatif dengan ide-ide brilian mereka menemukan cara menjalin kisah dari waktu ke waktu secara sistematis hingga menjadi sebuah cerita utuh.

  • ·Mengajarkan bekerja sama dan kekompakan diantara siswa karena film ini dibuat secara berkelompok. Siswa akan merasakan bahwa bekerja sama dengan memanfaatkan keahlian masing-masing menjadi bagian yang penting dalam sebuah kesuksesan kelompok. Pembagian tugas ini akan tampak pula pada saat mereka membagi tugas peran yang harus dilakoni.

  • ·Mengajarkan berbagai karakter baik pada siswa.

Cerita tentang Film Proklamasi yang dibuat siswa saya Andriana Juanda, dkk ketika mereka duduk di kelas X dua tahun yang lalu masih sering menjadi bahan perbincangan di antara mereka. Karena diperankan sendiri, cerita dengan tema perjuangan Soekarno- Hatta dalam merumuskan teks proklamasi ini masih mereka ingat setiap bagiannya. Termasuk saya yang turut menontonnya.

Saya masih teringat settingan ruangan di mana Soekarno Hatta dan rekan-rekannya yang lain mengadakan perundingan, dishoot siswa di pos Hansip di kompleks perumahan salah satu siswa. Adegan mengetik naskah proklamasi dengan mesin tik biasa akhirnya mereka ganti dengan laptop karena tidak lagi bisa menemukan mesin tik. Suasana sangat mencekam ketika adegan tegang diskusi antara para pencetus naskah kemerdekaan terjadi. Masing-masing muka direkam secara close up dalam keheningan. Namun kemudian mencair dengan selesainya naskah diketik. Siswa dengan kreatifitasnya memanfaatkan suasana seadanya menjadi sangat menarik, membawa suasana sangat 45 ketika mereka format filmnya menjadi hitam putih. Lumayanlah untuk sebuah film indie amatiran.

Kisah film Indie kedua dilakukan dengan agak lebih professional. Sekolah menyewa kameramen bayaran untuk mengabadikan film tentang pengorbanan Pak Oso, seorang guru yang sederhanadalam kehidupannya. Dalam cerita, Pak Oso yang bersepeda diserempet oleh seorang siswa kaya yang lalu tidak peduli pada keadaan beliau. Setelah beberapa hari tidak sekolah, beberapa anak lain lalu merasa iba pada Pak Oso. Sepedanya rusak, sehingga dengan langkah terseok-seok Pak Oso berangkat sekolah. Kisahnya lalu menjadi heroik ketika siswa memunculkan karakter mulianya memikirkan kelangsungan hidup Pak Oso agar bisa berangkat sekolah kembali dengan kendaraan yang lebih baik.

Dua kisah pembuatan film indie ini hanyalah sebuah bibit yang mudah-mudahan memunculkan buah karakter yang baik dari para siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun