Jika Anda tidak pernah mengalami kekerasan dalam pacaranternyata Anda harus tetap mempercayai bahwa hal itu ada. Laporan beberapa orang tua siswa SMA pada saat pembagian rapor beberapa waktu yang lalu menunjukkan bahwa Dating Violence (kekerasan dalam berpacaran) ternyata menjadi suatu kejadian yang tidak disadari oleh putra-putri mereka. Dua dari empat orang tua melaporkan hal yang sama, bahwa anak-anak mereka telah seakan-akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan keuangan sang pacar. Masalahnya sepele, hanya pengisian pulsa atau sekedar mentraktir si pacar saat jam istirahat di kantin. Namun karena sudah terlalu sering maka kegiatan ini dirasa merugikan orang tua secara langsung. Orang tua lalu menjadi resah anaknya akan mengalami kekerasan lanjutan dari sekedar materi.
Kekerasan dalam pacaran memang mengandung arti luas. Ternyata tidak sebatas perlakuan kasar pada secara fisik, melainkan juga berhubungan dengan psikologis atau mental, seksual, ataupun ekonomi seperti yang dicontohkan di atas.Jika kekerasan secara fisik lebih mudah disadari oleh korban, maka kekerasan yang lain cenderung ambigu.
Model perlakuan pacar semisal memukul, menampar, mendorong, dan semua yang berhubungan dengan fisik tentu saja akan terlihat sangat jelas sebagai suatu kekerasan. Namun coba perhatikan macam kekerasan yang lain yang kadang tidak disadari bahwa hal tersebut juga merupakan bentuk kekerasan. Alasan yang paling mungkin untuk memahami hal tersebut adalah atas nama cinta atau kepatuhan.
Kekerasan ekonomis, misalnya, adalah kekerasan yang dilakukan pacar yang berhubungan dengan pemaksaan untuk mendapatkan uang/harta benda pacar. Bukan lagi mitos bahwa seorang pacar adalah individu yang harus dilayani special dibandingkan orang lain. Pengkhususan ini lalu berkembang menjadi kebiasaan, contoh kasus seperti disebutkan di atas adalah mentraktir di kantin atau memberikan pulsa. Lama-lama pacar tidak lagi diberi namun akan meminta jatah karena sudah menganggap hal ini biasa. Sementara itu, kekerasan psikologis juga kadang tidak disadari sebagai suatu bentuk kekerasan.
Kekerasan psikologis memang lebih mengarah kepada bully perasaan dan upaya menjatuhkan harga diri pacar. Masuk kategori ini misalnya memaki-maki pacar di depan umum atau menjelek-jelekkan sifat dan perilaku pacar pada orang lain. Tentu saja perlakuan seperti ini akan membuat pacar merasa sakit hati, walaupun kerap dimaapkan sebagai suatu kekhilafan.
Kekerasan seksual lain lagi nuansanya. Kadang penolakan terhadap kekerasan yang satu ini dianggap merupakan suatu bukti bahwa kita menolak dicintai. Ketakutan untuk ditinggalkan sang pacar menjadi salah satu sebab kekerasan ini sering disalahmaklumkan. Mereka juga sering menganggap bahwa kegiatan seksual adalah suatu keharusan bahwa harus seperti itulah orang pacaran. Maka tidak heran banyak penelitian mengatakan hampir semua orang yang berpacaran sudah merasakan rangkulan atau ciuman sang pacar. Padahal tentu saja pendapat ini salah besar. Pacar yang baik adalah pacar yang bertanggung jawab dan menjaga fisik pasangannya dari kejahatan seksual yang dia lakukan.
Satu lagi dating violence yang merupakan trend topic siswa SMA adalah pacar yang posesif. Posesif adalah perasaan ingin menguasai seseorang, dalam hal ini pacar. Dominasi pacar dalam mengambil keputusan, memberikan perintah atau seringkali larangan melakukan sesuatu adalah hal yang paling dikeluhkan siswi putri pada guru-guru, termasuk saya. Kebanyakan si pacar justru memberikan larangan-larangan untuk melakukan sesuatu walaupun itu biasa dilakukan mereka, terutama larangan untuk berteman dengan teman-teman laki-laki lain di kelasnya.
Untuk itu, baik siswa, orang tua ataupun guru harus faham benar macam-macam kekerasan dalam berpacaran. Lebih baik kekerasan ini dihindari dengan melakukan pendekatan-pendekatan personal maupun klasikal kepada siswa sebelum dampak-dampaknya mempengaruhi banyak hal. Beritahukan siswa bagaimana seharusnya mereka secara sadar mampu melindungi dirinya sendiri dari ragam kekerasan yang bisa saja dilakukan sang pacar. Mereka harus tahu benar batasan-batasan orang berpacaran. Akan lebih baik lagi jika mereka mengetahui bahwa tidak pacaran adalah lebih baik untuk menghindari fitnah dan zina. Walaupun tidak mudah untuk guru dan orang tua, namun tetap kita harus mampu menjadi mentor dan teman curhat yang baik bagi anak-anak usia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H