Mohon tunggu...
Siti Mudmainah
Siti Mudmainah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya tertarik di hand writting atau tulis tangan dengan dihias seunik mungkin. Saya sangat suka sekali hal-hal yang berbau angkasa dan film-film mengenai sejarah dunia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Boikot Itu Tidak Membeli, Bukan Merusuh

20 Juni 2024   20:59 Diperbarui: 20 Juni 2024   20:59 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Peristiwa Genosida yang terjadi di Palestina yang dilakukan oleh negara Zionist Israel menjadi pusat perhatian seluruh dunia terutama Indonesia dalam beberapa waktu ini. Korban jiwa Warga Palestina yang tak henti-hentinya dikabarkan oleh media menjadi sorotan dan menimbulkan rasa iba kepada seluruh dunia terutama Warga Indonesia. 

Dukungan terhadap Palestina terus digencarkan mulai dari membuat petisi untuk menghentikan genosida, membuat platform donasi, kampanye online dan gerakan boikot produk yang berhubungan dengan Zionist. 

Dukungan tersebut sangat berdampak besar bagi masyarakat yang masih tutup mata akan isu genosida ini. buktinya banyak sekali orang-orang yang bisa dikatakan pemberi pengaruh atau yang biasa kenal sebagai "influencer" mulai membuka mata akan hal ini dan ikut memberi dukungan dengan berkampanye online disosial media. Hal tersebut juga menarik simpati orang-orang untuk ikut memberi dukungan, terdapat salah satu media kampanye online diaplikasi Instagram berupa poster bertulis "All Eyes On Rafah" yang telah dibagikan sebanyak lebih dari 47 juta kali. Sungguh media sosial sangat berperan penting dalam memberikan pengaruh diera sekarang. Selain itu, terdapat gerakan boikot produk sebagai salah satu bentuk dukungan. Namun, dukungan tersebut menuai pro-kontra di kalangan warga Indonesia.

Gerakan boikot atau pemulauan merupakan suatu tindakan untuk tidak membeli, menggunakan atau berurusan dengan individu atau suatu kelompok sebagai wujud protes atau pemaksaan. Boikot dilakukan sebagai bentuk penolakan dan protes kepada organisasi yang bersangkutan. Dalam konteks ini, boikot dilakukan kepada brand-brand yang diketahui melakukan kerja sama dan mendukung gerakan yang dilakukan oleh Negara Zionist. Banyak postingan dimedia sosial yang membagikan tentang bagaimana cara boikot dan brand apa saja yang perlu diboikot. 

Berikut beberapa produk yang menjadi sasaran boikot adalah Starbucks, Pizza Hut, Burger Kings, Unilever, Mcd dan lain-lain. Hingga saat ini gerakan boikot mulai banyak dilirik oleh masyarakat untuk mendukung Palestina. Namun, perlu diketahui bahwa brand-brand boikot yang beredar di internet bisa jadi hoax. Hal tersebut diperjelas oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahwa mereka tidak pernah membuat list produk boikot, mereka juga tidak mengharamkan produk-produk tersebut. Mereka hanya mengharamkan gerakan yang dilakukan oleh Zionist Israel.

Gerakan Boikot menjadi bentuk dukungan yang sangat penting bagi warga palestina, tetapi masih banyak warga terutama warga Indonesia yang masih belum memahami makna boikot sendiri. Mereka menganggap bahwa produk-produk boikot itu haram dan perlu dihancurkan tanpa adanya literasi terlebih dahulu. Mengutamakan aksi daripada literasi itu sungguh kacau. 

Banyak dari gerai-gerai fastfood yang menjadi list produk boikot menjadi sasaran kerusuhan mereka. Seperti yang terjadi di salah satu gerai pizza hut, dimana ada sekumpulan pemuda dengan membawa beberapa atribut bendera Palestina dan berteriak "Free Palestine" kepada kasir yang bekerja saat itu. Salah satu pemuda tampak emosi kepada kasir yang merekam video tersebut. Sungguh perbuatan yang tidak etis, niat untuk memberi dukungan tetapi malah membuat kerusuhan. Kita benarkan gerakan dia untuk mendukung kebebasan, tetapi jika mereka melibatkan orang-orang yang tidak tahu apa-apa dan malah menyebabkan kerugian bagi mereka yang bekerja, siapa yang akan tanggung jawab?

Menjunjung tinggi dan berteriak tentang Hak Asasi Manusia tanpa mereka sadari mereka juga telah menganggu hak manusia lain. Banyak orang yang juga mendukung kerusuhan tersebut dengan alasan agar para pendiri-pendiri produk tersebut sadar bahwa yang mereka ajak kerjasama adalah negara Zionist. Namun disisi lain ada yang kontra terhadap tindakan boikot kasar tersebut sebab dapat menyebabkan kerugian yang besar terhadap para pekerja, industri maupun negara. Tidak salah dengan pendapat yang berbeda, yang salah adalah bagaimana cara mereka menerapkan aksi boikot tersebut.

Lantas bagaimana cara kita menyikapi dan menyaring salah-benarnya? Sudah kita ketahui bahwa gerakan genosida adalah gerakan yang salah besar. Merenggut nyawa banyak orang dan membuat banyak kerugian dari segi manapun. Kita bisa mengikuti gerakan boikot tersebut tanpa membuat rusuh. 

Caranya adalah dengan tidak membeli produk-produk yang dicap sebagai produk boikot. Jika masih belum ada kepastian dari pihak terkait tentang produk boikot, kita mulai dari brand-brand yang mendukung langsung para Zionist seperti starbucks, Mcd dan lainnya. Jika sudah terlanjur membeli sebelum ada gerakan boikot ini tetap gunakan saja, sebab akan sayang jika kita buang. Sederhana cukup tidak membeli produk-produk boikot kembali. Mulailah gerakan sederhana ini dari kita sendiri tanpa menganggu hak dan mengurusi hidup orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun