Pendidikan adalah suatu tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar dan perkembangan. Dengan adanya belajar terjadilah perkembangan jasmani dan mental siswa. Belajar menurut Gagne dalam Dimyati (2009 : 10), terdiri atas tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal belajar, kondisi internal, dan hasil belajar. Belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulasi dari lingkungan. Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajarberupa kapabilitas yang terdiri atas informasi verbal, ketrampilan intelektual, ketrampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Strategi kognitif adalah kemampuan yang meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah keterampilan motorik kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani, dan sikap cenderung pada kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek.Â
Proses belajar dapat terjadi dimana saja. Untuk proses belajar formal pemerintah menyediakan sekolah sebagai tempat belajar untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan dari segi fisik, mental maupun akal fikiran siswa, yang diatur dengan kurikulum dan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) yang dilakukan oleh guru dan konsep belajar (learning) yang dilakukan oleh siswa untuk menumbuhkan aktivitas belajar. Adanya aktivitas berarti ada interaksi antara guru, siswa, dan lingkungan pembelajaran lainnya untuk menuju ke arah perubahan perilaku yang diharapkan.Dengan adanya interaksi tersebut diharapkan siswa dapat membangun proses belajar secara aktif, sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta dapat memotivasi peserta didik sehingga dapat mencapai hasil belajar (kompetensi) yang diharapkan.
Tujuan dari PjBL adalah untuk melatih siswa proaktif dalam memecahkan masalah, mengasah keterampilan siswa dalam memanfaatkan alat dan bahan di kelas guna menunjang aktivitas belajarnya, mengasah kemampuan siswa dalam menguraikan permasalahan di kelas, meningkatkan keaktian siswa di kelas dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks sampai diperoleh hasil nyata.
Pengajaran berbasis proyek digunakan untuk meranggsang berpikir tingkat  tinggi dalam situasi berorientasi masalah. Pengajaran berbasis proyek tidak dapat dilaksanakan jika guru tidak mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Intinya, siswa dihadapkan pada situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat menantang siswa untuk memecahkannya (Nurhadi, 2004:109 dalam Yuditya Falestin, 2010).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H