Bu Tati memandang ke arah motor yang sedang terparkir di teras rumahnya. Pikirannya melayang membayangkan kejadian sore itu, saat Yuli, anak Bu Tati, memboncengkannya ke rumah Bu Tun, bidan desa yang selalu ramai pasien. Sore itu Bu Tati merasa badannya meriang. Ia meminta Yuli mengantarkannya ke rumah Bu Tun untuk periksa dan minta obat.Â
Bu Tun adalah bidan andalah di desa itu, tarif yang murah dan obat yang relatif manjur menjadi alasan warga berbondong-bondong berobat ke rumah Bu Tun bila mengalami gejala-gejala masuk angin.
Sepanjang perjalanan Yuli tak mengatakan apapun kepada ibunya. Ia juga sedang tak enak badan akhir-akhir ini. Batuk dan flu melanda. Sesampainya di rumah Bu Tun, Bu Tati segera duduk mengantri. Tampak beberapa orang sudah datang lebih dulu, mereka mengantri tanpa nomor, hanya mengingat urutan kedatangan masing-masing.
 Sambil mengantri, Bu Tati menawarkan kepada Yuli agar diperiksa juga. Awalnya Yuli menolak, tetapi karena dipaksa ibunya, Yuli pun mengiyakan tawaran ibunya.
"Bu, ini obat untuk Ibu dan yang ini untuk Mbak nya ya," ucap Bu Tun sambil menyodorkan 2 plastik bungkus obat yang sudah ditandai aturan minumya itu.
"Makasih Bu, jadi berapa semua Bu?" Tanya Bu Tati sambil menerima bungkusan plastik obat itu.
"40 ribu Bu, ibu 20 dan mbaknya 20," jawab Bu Tun ramah.
Setelah membayar biaya periksa, Bu Tati pun berpamitan kepada Bu Tun.
Hari sudah hampir magrib saat Yuli dan Bu Tati sampai di rumah. Adzan magrib pun terdengar berkumandang di masjid dekat rumah. Bu Tati yang biasanya pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah, hari ini memutuskan tidak berangkat dulu di masjid dan memilih sholat di rumah.Â
Setelah melaksanakan sholat magrib berjamaah dengan Yuli, Bu Tati segera makan malam agar bisa segera minum obat pemberian Bu Tun. Begitu juga Yuli. Dia mengajak serta Mas Bimo, suaminya, makan bersama. Mereka akhirnya makan malam bersama.
Setelah dua hari minum obat dari Bu Tun, Bu Tati sudah sembuh. Dia kembali melakukan aktivitas seperti biasa. Tetapi Yuli justru belum menunjukkan perubahan, batuknya masih terus saja mengganggu. Merasa obat dari Bu Tun belum menunjukkan khasiatnya, Yuli memutuskan untuk membeli obat dari apotek terdekat.