Bakwan Goreng Hangat dan Resume yang  Menarik
Gorengan, pemicu kolesetrol tapi sayang untuk dilewatkan. Begitulah kata-kata yang sering saya dengar. Bagi sebagian orang, untuk diet tidak makan nasi mudah saja dilakukan, tapi untuk tidak makan  gorengan? Ampuuunn.. Susah katanya, begitu pun saya. Saya juga termasuk gorengan lovers, apalagi bakwan goreng hangat sambil gigit cabai rawit. Wah, mak nyusss...
Bersumber dari wikipedia, bakwan sebenarnya berasal dari Tiongkok. Pada saat terjadi pertukaran perdagangan dan  budaya, resep makanan pun saling berbaur. Di Indonesia sendiri, umumnya bakwan dibuat dari campuran sayur, tepung terigu, dan bumbu.  Kemudian digoreng di minyak panas hingga kuning kecoklatan. Bakwan yang sudah matang, lalu ditata di piring secantik mungkin.  Bila sudah begitu, siapapun yang melihat pasti tak kuasa untuk segera menyantapnya. Saking lahapnya, makan bakwan pun bisa membuat kita kenyang.
Agar menghasilkan bakwan yang enak, bahan-bahan yang kita pilih haruslah bahan yang segar. Bahan sayur kita kupas lalu kita cuci sampai bersih. Kemudian kita tambahkan  bumbu-bumbu dengan komposisi yang proporsional. Karena jika kebanyakan salah satu jenis bumbu, maka bukannya jadi enak, tetapi aneh rasa bakwan kita.
Begitu juga dengan membuat resume. Membuat resume yang baik, layaknya membuat bakwan . Kita harus mampu mengambil bahan-bahan yang segar dari narasumber. Bahan tersebut kita kupas dengan bahasa kita sendiri dengan tetap melandaskan pada materi narasumber. Jangan selalu menulis ulang narasi narasumber, apalagi tanpa mencatumkan sumber, karena ini bisa masuk kategori plagiarisme. Setelah itu, kita perlu tambahkan bumbu-bumbu dengan informasi lain yang relevan dengan materi narasumber. Â Informasi pendukung bisa kita peroleh dari berbagai sumber terpercaya. Penambahan informasi perlu diberikan secara proporsional. Jangan terlalu panjang, karena resume yang terlalu panjang akan membuat pembaca bosan membacanya. Setelah diramu, kita perlu goreng resume kita sampai matang, artinya kita baca kembali supaya kalimatnya terasa runtut dan kohern. Kita perbaiki lagi diksi maupun ejaan yang belum tepat. Setelah kita rasa pas, kita bisa menatanya sesuai aturan penulisan yang benar. Â Dengan begitu, akan tercipta resume yang baik, yang membuat siapapun yang membacanya akan merasa betah dan dapat menikmati resume kita. Selain itu juga kenyang karena mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H