Siang ini Cici si cicak berusaha memejamkan matanya untuk tidur siang. Namun perutnya yang lapar membuatnya kesulitan untuk tidur.
"Uhh..lapar sekali perutku, mencoba tidur pun aku tak bisa" keluhnya.
"Kemana sih nyamuk-nyamuk ini, kenapa tak satupun yang terbang mendekat kepadaku", gerutunya.
Cici masih terbilang kecil, ia belum diizinkan ibunya pergi jauh-jauh. Ibunya juga berpesan agar ia tidak berjalan di lantai, ia hanya boleh merayap di langit-langit rumah dengan kakinya yang lengket.
Dari kejauhan, Cici melihat sekawanan semut sedang berjalan berbaris di lantai.
"Wah, di bawah sana sepertinya banyak semut yang sedang berbaris, apa aku turun saja ya, lumayan kan semut-semut itu pasti bisa mengobati rasa laparku ini", gumamnya dalam hati.
Rasa lapar yang teramat sangat membuat Cici lupa pesan ibunya untuk tetap berada di langit-langit rumah. Perlahan ia mulai merayap menuruni tembok dan sampailah ia di lantai.
Dengan cepat, Cici mulai menangkap semut-semut itu dengan lidahnya yang panjang. Semut-semut yang tadinya berbaris rapi pun kocar-kacir tak karuan.
Cici sebenarnya sudah merasa kenyang, tetapi ia tetap menangkap semut-semut itu. Hingga tanpa dia sadari, seekor kucing sudah berdiri di depannya. Kucing itu sudah siap untuk menangkap Cici. Cici yang kaget pun menjerit.
"Aaa...makhluk apa ini? Raksasa besar sekali", teriak Cici.
"Nah, cicak kecil, saatnya kau menjadi santapanku", kata kucing itu sambil tersenyum.
Cici berusaha lari sekuat mungkin. Namun, kucing itu telah berhasil menangkap ekor Cici. Cici berusaha menggerakkan ekornya. Ia berhasil melarikan diri dari kucing.
Tapi betapa terkejutnya Cici, ekornya telah putus. Dia menangis sejadi-jadinya karena tidak memiliki ekor lagi.
Sambi terus menangis Cici berlari mencari ibunya.
"Kanapa Cici? Kenapa kamu menangis?, tanya ibu Cici yang baru saja terbangun dari tidur siangnya.