Mohon tunggu...
siti maryamah
siti maryamah Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu rumah tangga yang tengah menggapai mimpi jadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Matahari di Tengah Kabut

1 Desember 2014   06:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:23 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku : Revolusi dari Desa , Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya pada Rakyat

Penulis : Dr. Yansen, TP., M.Si

Penerbit : Elex Media Komputindo

Tahun Terbit : 2013

Tebal Buku : xxv + 180 hal

ISBN               : 978-602-02-5099-1

Dr Yansen, TP M.Si, penulis buku ini adalah bupati Malinau, sebuah kabupaten di provinsi pemekaran termuda, Kalimantan Utara. Seperti para kepala daerah yang berprestasi lainnya, Ridwan Kamil dari Bandung, Bu Risma dari Surabaya, Dr Yansen laksana matahari di tengah kabut.

Indonesia saat ini, ibarat negeri yang tengah berkabut. Ada banyak kesuraman meliputi, utamanya dari para pengurusnya. Korupsi yang mendarah daging menulang sumsum, krisis moral, sosial dan ekonomi, timbunan utang luar negeri, eksploitasi berlebih terhadap sumber daya alam oleh tangan tak bertanggung jawab, kemiskinan, pengangguran, dan lain sebagainya. Klise dan pahit. Tapi kehadiran buku Revolusi dari Desa ini, ibarat matahari penyibak kabut. Membacanya membuat kita optimis, harapan itu masih dan akan terus ada.

Dibuka dengan halaman testimoni, buku ini memancing antusiasme orang untuk membaca lebih jauh. Penasaran. Pengantar dan prolog oleh para akademisi Ilmu Pemerintahan dan Administrasi Negara meyakinkan pembaca, bahwa buku ini ditulis oleh orang yang berkompeten di bidangnya.

Bab pertama, yang berjudul Menggugat Konsep Pembangunan, menggebrak dengan pemaparan kritis dan refleksi yang tajam terhadap proses pembangunan yang berlangsung di tanah air. Beberapa pengakuan publik yang menyentak di antaranya :

-Yang sering terjadi (dalam pembangunan itu) justru adalah munculnya persoalan baru, akibat dari kebijakan yang kurang konsisten dan tidak berkelanjutan. (hal 3) Ini pengakuan yang jujur, dan karena datangnya dari kalangan internal pemerintah, pengakuan ini terasa reflektif.

-Katanya, kehadiran industri besar akan berpengaruh besar terhadap perekonomian rakyat sekitar. Faktanya, tidak selalu demikian. Kondisi yang kita saksikan justru sangat mengherankan dan memprihatinkan. Kondisi masyarakat sekitar tetap terpuruk, yang lemah kian lemah, dan yang kaya makin kaya dan kuat. (hal 3) Ini potret nyata. Begitulah adanya.

-Langkah besar yang ditempuh (untuk menanggulangi kemiskinan) seringkali menimbulkan kesan sebagai langkah politis. Pemerintah menjalankan tindakan preventif,persuasifnamun temporer dengan tujuan menjaga keseimbangan kehidupan masyarakat.(hal 4) Kebijakan pemerintah terhadap kemisikinan, seperti BLSM dan subsidi, memang terasa sebagai kebijakan yang temporer, tak mendasar dan hanya sesaat meredam gejolak.

-Saya melihat, banyak sekali kebijakan yang keliru bahkan tidak masuk akal. Banyak sekali kebijakan yang tidak jelas dan tidak diperlukan, karena sangat jauh dari esensi persoalan yang dihadapi. (hal 5). Ini refleksi luar biasa.

-Pemerintahan sejak kemerdekaan sampai saat ini hanya sukses menjalankan dan menghidupkan birokrasi pemerintahan saja. Mereka silih berganti menjalankan strategi yang sebetulnya sama saja. Ibarat barang dangan yang hanya berganti kemasan. (box, hal 7) Kritik yang pedas tetapi karena datangnya dari dalam, menjadi otokritik yang jujur dan reflektif.

-Opini baik dari BPK dalam hal pengelolaan keuangan daerah, tidak serta mertamenunjukkan pencapaian pembangunan yang baik. Banyak sekali daerah, termasuk Malinau sebelum menjalankan GERDEMA, yang mendapat opini baik, tapi hasil pembangunannya belum memadai. (hal 59) Ini adalah pengakuan bahwa seringkali, indikator administrasi belakang meja lain sekali dengan keadaan lapangan yang sebenarnya. BPK tampaknya perlu mereformasi indikator kesehatan laporan keuangan daerah, agar laporan itu juga bisa merepresentasikan keberhasilan daerah dalam pembangunan secara keseluruhan. Ini refleksi yang matang dari birokrat yang kenyangpengalaman lapangan.

Beberapa kutipan di atas kiranya cukup menggambarkan kapasitas Dr Yansen TP sebagai ilmuwan, dan itikad baiknya sebagai seorang kepala daerah, untuk segera berbenah. Dengan gugatan reflektif terhadap pembangunan, buku ini meletakkan dasar logis dan empiris bagi perubahan paradigma pembangunan yang dipilih untuk Malinau. Cerdas dan membumi!

Bab selanjutnya dalam buku Revolusi dari Desa ini menjabarkan secara detail aspek-aspek teknis dalam perencanaan, implementasi, serta evaluasi dalam pembangunan daerah. GERDEMA mengaplikasikan perubahan paradigma pembangunan dari instruktif top-down menjadi partisipatif bottom-up. Ini diimplementasikan dalam optimalisasi forum-forum perencanaan pembangunan desa oleh masyarakat melalui Musrenbangdus, Musrenbangdes dan Musrenbangkec (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Dusun, Desa dan Kecamatan). Optimalisasi forum-forum itu mengindikasikan pemberian kepercayaan penuh kepada masyarakat untuk merumuskan masalah pembangunan di sekitar mereka dan mencari solusinya bersama Pemerintah. Peran pemerintah di sini hanya sebagai fasilitator saja.

Memberikan kepercayaan penuh pada masyarakat juga mampu memberdayakan mereka untuk aktif sebagai subyek pembangunan. Dengan keterlibatan aktif itu masyarakat akhirnya punya kepercayaan diri dan rasa memiliki yang kuat pada proyek pembangunan yang ada di daerahnya. Ini mencerminkan pemahaman mendalam terhadap karakter manusia pada umumnya.

GERDEMA juga meletakkan 4 pilar pembangunan yang strategis dan sinergis satu sama lain, yaitu pada Pembangunan Infrastruktur, SDM, Ekonomi Kerakyatan, dan Good Governance. Untuk daerah dengan banyak isolasi seperti Malinau, keputusan meletakkan infrastruktur sebagai pilar pertama, adalah keputusan yang jitu.

Melihat semua paparan detail dalam buku ini, kita layak optimis bahwa GERDEMA akan berhasil mengangkat Malinau berkilau. Optimisme ini didukung oleh penguasaan persoalan dan eksekusi program yang dilakukan okeh sang bupati. Mulai dari menanamkan nilai, mind set, culture set, dan attitude jajaran aparat birokrasi di lingkungan pemkab hingga pemdes. Ini permulaan yang jitu. Setelahnya, memberikan pelatihan demi pelatihan, sehingga para aparat desa khususnya, siap menerima tanggung jawab dan kepercayaan dalam menangani urusan-urusan pemerintahan. Tak tanggung-tanggung, Pemkab Malinau berani menyerahkan 31 urusan pemerintahan pada pemerintah desa. Pemkab berani melakukan hal itu karena mereka telah melakukan serangkaian pelatihan dan pendampingan pada desa.(hal 143) Ini terobosan berani dan layak diapresiasi.

Selain banyak kelebihan di atas, beberapa hal yang terasa mengganggu dalam buku ini, di antaranya adalah : penggunaan bahasa yang sangat formal dan birokratis. Pilihan ini membawa konsekuensi, buku ini bukan buku populer, sehingga hanya bisa dinikmati segmen tertentu. Kedua, buku ini juga kurang menggambarkan suasana lapangan secara hidup, on the spot, sehingga pembaca memiliki gambaran yang lebih nyata dan lengkap tentang situasi Malinau, sebelum dan sesudah GERDEMA. Kebanyakan penggambaran situasinya sudah merupakan analisis belakang meja, atau realitas tangan kedua. Ini membuat dinamika wilayah sebelum dan sesudah dicanangkannya GERDEMA kurang terpotret secara nyata.

Tetapi, meskipun demikian buku ini sangat layak direkomendasikan untuk dibaca para kepala daerah yang ingin memajukan daerahnya menjadi maju seperti Malinau. Dengan mendokumentasikan pengalaman dan implementasi GERDEMA di Malinau, Dr Yansen telah memberi jalan pada para bupati di seluruh Indonesia untuk mereplikasi pengalaman Malinau di daerahnya masing-masing. Selamat! ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun