pernikahan dini berdampak pada kesehatan karena kehamilan remaja berusia di bawah 19 tahun termasuk kehamilan risiko tinggi. Berikut ini adalah beberapa risikonya:
1.Bayi Prematur
Ibu berusia remaja lebih berisiko melahirkan bayi prematur. Kehamilan yang sehat berlangsung selama 40 minggu, sementara bayi prematur lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Ini yang membuat bayi prematur terkadang memiliki tubuh dan perkembangan otak yang belum lengkap, sehingga berdampak pada kesehatannya seumur hidup.
2.Bayi rentan mengalami BBLR
Remaja juga memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi berat badan lahir rendah ( BBLR). Bayi BBLR umumnya mengalami kesulitan bernapas dan menyusu sehingga lebih rentan mengalami masalah tumbuh kembang, seperti stunting. Berat badan lahir rendah juga dapat memengaruhi perkembangan otak bayi, sehingga mengakibatkan anak mengalami kesulitan belajar nantinya.Â
3.Pernikahan Dini Sebagai Penyebab StunDepresi pasca persalinan
Remaja yang hamil tercatat berisiko dua kali lebih mungkin mengalami depresi pasca-melahirkan dibandingkan ibu-ibu hamil yang sudah dewasa. Depresi pasca-melahirkan memiliki gejala lebih parah dari baby blues, seperti ibu enggan melakukan aktivitas sehari-hari, sedih terus-menerus, khawatir berlebihan, menangis secara berlebihan, dan sebagainya. Gejala baby blues bisa hilang setelah beberapa minggu, namun gejala depresi bisa berlangsung lama, bila tidak segera diatasi.Â
Itulah macam-macam dampak buruk pernikahan dini bagi remaja.Dari situ bisa menjadi pertimbangan buat kita yang hendak menikah sebelum usia 21 tahun, ya. Karena pernikahan tak hanya butuh cinta, tetapi juga perlu dipersiapkan dan direncanakan dengan matang, baik secara fisik, mental, dan finansial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H